Meski diluncurkan sejak 1975, kapal induk USS Nimitz tetap jadi simbol kekuatan militer AS. Dengan teknologi nuklir dan daya tempur tinggi, kapal ini masih disegani di medan konflik modern. (Foto: Wikipedia)

Kapal induk bertenaga nuklir USS Nimitz kembali mencuri perhatian dunia. Pada Juni 2025, kapal sepanjang 333 meter ini dikerahkan ke Timur Tengah menggantikan USS Carl Vinson, di tengah memanasnya tensi geopolitik antara Israel dan Iran. 

Misi ini tak main-main—kapal raksasa ini membawa hampir 90 pesawat dan ribuan personel, mempertegas posisi AS sebagai kekuatan laut global.

USS Nimitz (CVN-68) bukan kapal biasa. Sebagai kapal induk kelas Nimitz pertama yang diluncurkan pada 1975, ia telah menjadi tulang punggung Armada Pasifik selama hampir 50 tahun. 

Meski bukan yang terbesar lagi—gelar itu kini dipegang USS Gerald R. Ford—Nimitz masih menjadi instrumen vital dalam unjuk kekuatan dan respons cepat AS di wilayah strategis.

“USS Nimitz adalah contoh sempurna bagaimana AS mempertahankan dominasi maritimnya lewat kombinasi kekuatan udara, daya jangkau, dan kemampuan bertahan lama di laut,” kata Dr. Michael Holmes, analis militer di Center for Naval Strategy.

Rekomendasi

Spesifikasi USS Nimitz

Berikut data teknis utama dari USS Nimitz, berdasarkan dokumen resmi Angkatan Laut AS dan laporan terkini:

Panjang: ±333 meter (setara 3 lapangan bola)

Lebar dek penerbangan: 76,8 meter

Berat penuh muatan: 104.600 ton

Kapasitas pesawat: Hingga 90 unit (F/A-18 Super Hornet, F-35C, EA-18G Growler, dll.)

Personel: ±6.000 (3.500 awak kapal, 2.480 kru udara)

Penggerak: 2 reaktor nuklir A4W, daya tahan >20 tahun tanpa isi ulang

Kecepatan maksimum: >30 knot (~56 km/jam)

Pertahanan: Sea Sparrow, RIM-116 RAM, Phalanx CIWS, senapan Mk 38

Biaya pembangunan USS Nimitz saat pertama kali dibuat mencapai USD 4,5 miliar. Namun nilai strategisnya jauh lebih besar dari angka itu. 

Kapal ini tak hanya mampu meluncurkan serangan ke darat dari laut, tapi juga berfungsi sebagai pusat komando operasi gabungan lintas matra.


Latar Penempatan: Ketegangan Iran–Israel Meningkat

Penempatan USS Nimitz ke Timur Tengah bukan kebetulan. Meski rencana pengerahan sudah ada sejak Januari 2025, serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025—yang menewaskan tokoh militer dan ilmuwan penting—mempercepat pelaksanaannya.

Menurut laporan USNI News (18 Juni 2025), ini adalah bagian dari strategi jangka panjang Pentagon untuk mempertahankan kehadiran kapal induk secara konsisten di bawah Komando Pusat (CENTCOM). 

Data menunjukkan, 41% hari operasi kapal induk AS sepanjang 2024 berlangsung di kawasan ini—naik drastis dari 8% tahun sebelumnya.

“Penempatan ini bukan hanya sinyal ke Iran, tapi juga ke sekutu-sekutu AS bahwa Amerika tetap hadir dan siap bertindak di kawasan,” ujar Kapten (Purn.) Richard Avery, mantan perwira penghubung Angkatan Laut AS di Timur Tengah.

Stabilitas Regional atau Eskalasi?

Kehadiran kapal induk sekelas USS Nimitz bisa membawa dua sisi mata uang. Di satu sisi, ini menjadi jaminan keamanan bagi negara-negara mitra AS seperti Israel, Arab Saudi, dan UEA. 

Namun di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa pengerahan ini bisa dilihat sebagai provokasi oleh Teheran.

X post dari analis geopolitik @HimanshuSh80843 menyebut penempatan USS Nimitz sebagai bagian dari “pola tekanan maksimal” terhadap Iran. 

Sementara analis lain, @FED_Policy, menyebutnya sebagai langkah pencegahan untuk menghindari konflik terbuka.

Kabar beredar di media sosial bahwa kapal ini bisa saja digunakan untuk mendukung operasi udara Israel, jika diperintahkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump. Namun hingga kini, belum ada konfirmasi dari Pentagon soal hal tersebut.


Kekuatan Bertahan Lama, Tapi Usia Kapal Menjadi Sorotan

Meskipun Nimitz masih sangat relevan, usia kapal ini kini menjadi perhatian. Dibangun sejak era Perang Dingin, kapal ini dijadwalkan pensiun pada awal 2030-an dan digantikan sepenuhnya oleh kapal induk generasi Ford-class.

“Selama modernisasi terus dilakukan, Nimitz masih sangat mumpuni,” jelas Prof. Linda Carlsen, dosen studi pertahanan di Naval War College. 

“Namun kita tidak bisa abaikan faktor usia—struktur logistik dan biaya pemeliharaan akan makin besar tiap tahunnya.”

Dalam jangka pendek, pengamat memprediksi USS Nimitz akan berada di Timur Tengah hingga akhir 2025, kecuali situasi berubah drastis. 

Dalam jangka panjang, ketergantungan AS terhadap kapal induk sebagai alat proyeksi kekuatan diperkirakan tetap tinggi, apalagi dengan meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan dan Selat Hormuz.

USS Nimitz bukan hanya kapal, tapi simbol strategi global AS. Dengan kapasitas tempur tinggi dan daya tahan lama, kehadirannya di Timur Tengah menjadi pesan keras bagi siapa pun yang mengancam stabilitas kawasan. 

Namun usia dan dinamika geopolitik global akan menentukan sejauh mana monster laut ini tetap berlayar sebagai benteng kekuatan maritim dunia.


Aplus Insight