Operasi rahasia AS "Midnight Hammer" gunakan B-2 Spirit dan bom MOP hancurkan fasilitas nuklir Iran. Simak kronologi, analisis, dan dampaknya bagi geopolitik global. (BBC

Amerika Serikat resmi meluncurkan serangan udara terbesarnya ke Iran dalam satu dekade terakhir lewat misi rahasia bertajuk Operation Midnight Hammer. Tujuh pesawat siluman B-2 Spirit dikerahkan dari Missouri untuk menghantam tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordo, Natanz, dan Isfahan. 

Serangan ini dilakukan secara presisi, simultan, dan minim perlawanan. Lantas, bagaimana B-2 Spirit mengeksekusi misi militer ini?

Serangan dimulai pada Sabtu malam, 21 Juni 2025, pukul 00:01 waktu Washington DC. Tujuh unit B-2 Spirit lepas landas dari Pangkalan Whiteman, Missouri. 

Pesawat ini dirancang untuk menembus sistem pertahanan udara canggih dengan teknologi stealth (siluman), memungkinkan mereka terbang lintas benua tanpa terdeteksi radar.


Untuk mengecoh perhatian global, militer AS juga mengerahkan pesawat-pesawat ke Guam di Samudra Pasifik, menciptakan narasi seolah fokus militer sedang bergeser ke Indo-Pasifik. Padahal, misi utama justru mengarah ke Iran melalui jalur Atlantik dan Timur Tengah.

Tiga lokasi menjadi target utama:

Fordo: Fasilitas pengayaan uranium bawah tanah 80-90 meter dekat Qom.

Natanz: Kompleks pengayaan utama yang telah lama jadi perhatian Barat.

Isfahan: Fasilitas riset dan konversi nuklir di wilayah padat penduduk.

B-2 menjatuhkan bom penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrator (MOP)—senjata 14 ton yang mampu menembus hingga 18 meter beton atau 61 meter tanah. Ini menjadi debut tempur pertama bom tersebut.


Serangan berlangsung cepat. Pada pukul 18:40 waktu Washington DC (02:00 waktu Iran), dua bom MOP dijatuhkan ke Fordo. Selang beberapa menit kemudian, Natanz juga dihantam dengan senjata serupa.

Secara bersamaan, lebih dari 24 rudal jelajah Tomahawk ditembakkan dari kapal selam di Laut Arab, menghantam fasilitas Isfahan.

Seluruh operasi udara selesai dalam waktu 25 menit. B-2 meninggalkan wilayah Iran pada pukul 03:30 waktu Iran dan kembali ke AS tanpa kendala. 

Dominasi udara Israel disebut pakar sebagai kunci keberhasilan B-2 beroperasi tanpa gangguan jet tempur maupun sistem pertahanan Iran.



Siapa di Balik Operasi?

Operasi ini dirancang langsung di bawah komando Presiden Donald Trump bersama Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan Caine. Wakil Presiden JD Vance dan Menlu Marco Rubio juga terlibat dalam proses perencanaan.

Dalam wawancara pascaserangan, Trump menyebut fasilitas nuklir Iran “dimusnahkan total” dan menegaskan bahwa AS “tidak akan mentoleransi ancaman nuklir di Timur Tengah.”

Pentagon mengklaim serangan ini “devastating”—menghancurkan kapabilitas nuklir Iran secara menyeluruh. 


Namun, Iran melalui media resminya menegaskan bahwa kerusakan tidak separah yang diklaim AS. Tidak ada kontaminasi radiasi dan sebagian fasilitas telah dievakuasi sebelumnya.

Citra satelit memperlihatkan kawah besar di Fordo dan kerusakan struktural di Natanz dan Isfahan. Namun, belum ada verifikasi independen yang bisa memastikan seberapa dalam penetrasi bom MOP terhadap instalasi bawah tanah Iran.


Teknologi AS Unggul, Tapi Hasil Masih Tanda Tanya

Menurut Dr. Stacie Pettyjohn dari Center for a New American Security, serangan ini menunjukkan kecanggihan luar biasa militer AS. “Tapi pertanyaannya, apakah ini cukup untuk menghentikan ambisi nuklir Iran?”

Patrycja Bazylczyk dari CSIS menambahkan bahwa dominasi udara Israel atas wilayah Iran memainkan peran penting. “Tanpa itu, B-2 tidak akan bisa masuk dan keluar secepat itu.”

Kendati dianggap berhasil dari sisi militer, serangan ini meningkatkan risiko konfrontasi lebih besar. 

Iran berpotensi membalas lewat serangan tidak langsung melalui proksi seperti Hizbullah atau Houthi. 

Negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok mengecam tindakan unilateral AS, sementara sekutu seperti Inggris hanya memberi dukungan terbatas.

Warga sipil di Isfahan juga menjadi perhatian, mengingat kota tersebut dihuni lebih dari 2 juta orang. Sampai saat ini belum ada laporan korban jiwa secara resmi.

Apa Selanjutnya?

Belum jelas bagaimana Iran akan merespons. Namun, beberapa analis meyakini Iran akan mempercepat program nuklirnya jika fasilitas memang rusak berat. 

Sebaliknya, jika kerusakan minimal, Iran bisa saja menggunakannya sebagai narasi propaganda untuk menunjukkan ketahanan terhadap tekanan Barat.

Sementara itu, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) didesak segera melakukan inspeksi untuk menilai kerusakan sebenarnya.


Operasi B-2 Spirit ke Iran adalah demonstrasi kekuatan militer AS yang tak terbantahkan. Teknologi siluman, bom penembus bunker, dan koordinasi multi-vektor berhasil menembus salah satu zona paling sensitif di dunia. 

Namun, ketiadaan verifikasi independen dan ketidakjelasan dampak jangka panjang membuat operasi ini lebih banyak menimbulkan tanda tanya ketimbang kepastian.