Wika mencatat rugi bersih Rp 3,21 triliun hingga kuartal III-2025 akibat penurunan pendapatan dan kontrak baru yang anjlok 60%. 

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA mencatat kerugian bersih sebesar Rp3,21 triliun hingga kuartal III 2025. Angka ini berbalik drastis dari capaian laba Rp741,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Laporan keuangan yang dirilis emiten konstruksi pelat merah itu menunjukkan tekanan berat dari sisi pendapatan dan proyek baru di tengah kondisi industri yang belum sepenuhnya pulih.

Per September 2025, pendapatan bersih WIKA anjlok 27,54% menjadi Rp9,09 triliun, dari sebelumnya Rp12,54 triliun pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan paling tajam terjadi di segmen infrastruktur dan gedung, yang merosot 40,42% secara tahunan menjadi Rp3,58 triliun.

Kinerja suram tersebut semakin ditekan oleh turunnya perolehan kontrak baru. Hingga kuartal III-2025, kontrak baru WIKA hanya mencapai Rp6,19 triliun, anjlok 60,25% dibandingkan Rp15,58 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Kondisi ini mencerminkan tekanan besar di sektor konstruksi nasional, yang harus berhadapan dengan ketidakpastian ekonomi global serta kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih bertahan di level 5,75%.

Selain itu, beban operasional WIKA ikut melonjak, salah satunya dari pos bagian rugi pengendalian bersama yang naik dari Rp669,64 miliar menjadi Rp1,1 triliun. 

Beban tersebut antara lain berasal dari kerja sama perusahaan dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dalam proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh), yang sejauh ini masih menanggung beban keuangan besar dari pembiayaan awal proyek.

Upaya penyehatan dan transformasi

Meski tengah terhimpit kerugian, manajemen WIKA memastikan langkah penyehatan dan efisiensi terus dijalankan. 

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menyampaikan bahwa perusahaan telah menurunkan utang berbunga sebesar Rp2,20 triliun serta utang mitra kerja sebesar Rp924,58 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Penting bagi WIKA untuk mencapai fundamental keuangan yang kuat melalui langkah inovasi dan transformasi, agar usaha bisa berjalan efisien di tengah kondisi yang menantang saat ini,” ujar Agung dikutip dari keterangan resminya, Sabtu (1/11/2025).

Agung menjelaskan, program penyehatan keuangan WIKA dilakukan melalui delapan substream transformasi yang mencakup efisiensi operasional, restrukturisasi proyek, dan pengelolaan arus kas yang lebih ketat. Salah satu capaian yang dicatat yakni perbaikan dalam pengelolaan piutang dan utang usaha.

Hingga September 2025, WIKA berhasil memangkas account receivable days menjadi 127 hari dari sebelumnya 142 hari, serta menurunkan account payable days menjadi 158 hari dari 196 hari. 

Upaya ini disebut sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk menjaga likuiditas dan mempercepat siklus kas di tengah permintaan pasar yang belum stabil.

Aset menyusut, kas menipis

Laporan keuangan juga menunjukkan penurunan signifikan pada sisi neraca. Total aset WIKA menyusut menjadi Rp57,01 triliun per akhir September 2025, turun dari Rp63,55 triliun di akhir Desember 2024. 

Sementara itu, kas dan setara kas perseroan tinggal Rp1,54 triliun, anjlok tajam dibandingkan Rp5,6 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sejumlah analis pasar menilai, kinerja negatif WIKA dan sejumlah emiten konstruksi pelat merah lainnya masih dipengaruhi oleh beban proyek infrastruktur besar yang belum memberikan arus kas positif, serta lambatnya realisasi proyek baru dari pemerintah maupun BUMN lain.

Meski begitu, manajemen WIKA menegaskan tetap berkomitmen menjalankan transformasi keuangan dan operasional secara bertahap. Langkah tersebut diharapkan dapat memperbaiki struktur modal dan mengembalikan kepercayaan pasar terhadap perusahaan yang dikenal sebagai salah satu kontraktor BUMN terbesar itu.

Kondisi industri konstruksi nasional sendiri masih menghadapi banyak tantangan hingga penghujung 2025. Dari data yang dihimpun Apluswire.com, tekanan utama datang dari pembiayaan mahal, harga material yang masih tinggi, dan minimnya proyek baru pemerintah setelah gelombang restrukturisasi proyek strategis nasional (PSN).

Dalam laporan yang sama, WIKA menegaskan tetap melanjutkan restrukturisasi proyek-proyek besar, termasuk meninjau ulang proyek yang dinilai kurang efisien. Perseroan juga tengah berupaya menarik investor strategis untuk mendukung restrukturisasi utang dan menjaga keberlanjutan operasional di tengah tekanan industri.