Jensen Huang, salah satu pendiri dan CEO perusahaan teknologi Nvidia. (Wikimedia Commons)

CEO Nvidia Jensen Huang menyampaikan peringatan keras agar tidak meremehkan kekuatan teknologi China, khususnya Huawei, di tengah meningkatnya persaingan global di sektor chip kecerdasan buatan (AI). Dalam sebuah forum industri yang digelar pekan ini, Huang menilai langkah itu “bodoh” mengingat kemampuan teknis dan semangat kompetitif perusahaan asal Shenzhen tersebut.

Pernyataan itu muncul setelah Nvidia kehilangan seluruh pangsa pasarnya di China akibat pembatasan ekspor chip AI oleh pemerintah Amerika Serikat sejak 2022. 

“Kami sekarang 100 persen keluar dari China,” ujar Huang dalam wawancara yang dikutip Times of India, menandai pergeseran drastis dari dominasi hampir total menjadi nihil di pasar AI terbesar kedua dunia itu.

Meski terhimpit sanksi, Huawei menunjukkan kemajuan pesat dalam teknologi chip dan sistem komputasi AI. Huang memuji langkah perusahaan itu yang berhasil meluncurkan superkomputer CloudMatrix 384, sistem dengan 384 chip Ascend 910C dan kekuatan komputasi mencapai 300 BF16 petaFLOPs, lebih dari dua kali lipat kemampuan sistem Nvidia GB200 NVL72, menurut laporan TechInsights dan Huawei Central.

Pemerintah China juga memperkuat strategi kemandirian semikonduktor. Data terbaru menunjukkan sekitar 40 persen chip server AI di China diproyeksikan akan diproduksi secara lokal pada 2025. 

Media riset teknologi Neuron Expert mencatat lonjakan besar itu mencerminkan upaya Beijing untuk mengurangi ketergantungan pada pemasok Amerika seperti Nvidia dan AMD.

Kebangkitan ini juga terlihat dari kinerja produsen chip domestik seperti Cambricon Technologies, yang mencatat peningkatan pendapatan 43 kali lipat menjadi 404 juta dolar AS pada paruh pertama 2025 berkat lonjakan permintaan, tulis ThinkChina.

Pernyataan Huang muncul di tengah tensi geopolitik yang kembali meningkat antara Washington dan Beijing. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini bertemu dengan Presiden Xi Jinping membahas isu perdagangan, termasuk ekspor chip, namun menyebut tidak ada diskusi mengenai izin penjualan chip AI terbaru Nvidia seri Blackwell ke China. 

“Kami tidak membicarakan tentang Blackwell,” kata Trump seperti dikutip Yahoo Finance.

Menanggapi hal itu, Huang menyebut kekhawatiran keamanan nasional AS tidak beralasan karena China telah mampu memproduksi chip AI dalam jumlah besar. 

“Militer mereka pasti memiliki akses ke chip buatan dalam negeri,” ujarnya kepada CNBC, seraya menilai pasar chip AI di China bernilai sekitar 50 miliar dolar AS tahun ini dan bisa mencapai ratusan miliar di akhir dekade.

Huang menegaskan pembatasan terhadap pengembang di China justru dapat merugikan Amerika Serikat dalam jangka panjang. 

“Menutup akses ke ekosistem Tiongkok berarti kami kehilangan setengah dari pengembang AI dunia,” katanya dalam wawancara dengan Yahoo Finance.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan China seperti Alibaba mulai beradaptasi dengan membuat sistem yang mengurangi kebutuhan GPU hingga 82 persen, tulis Tom’s Hardware. Langkah tersebut memperkuat tren pemisahan ekosistem teknologi antara dua ekonomi terbesar di dunia.