Presiden Amerika Serikat Donald Trump diperkirakan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur pada 26–28 Oktober 2025. Pertemuan ini bakal jadi momen penting bagi diplomasi kawasan, di tengah tensi geopolitik dan perundingan ekonomi yang masih berjalan.
Pejabat Malaysia menegaskan, undangan kepada Trump bukan langkah sepihak pemerintah, melainkan bagian dari mandat resmi Malaysia sebagai Ketua ASEAN.
“Kunjungan Presiden Donald Trump ke Malaysia bukan atas undangan Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim atau rakyat Malaysia, melainkan bagian dari tugas resmi Malaysia sebagai Ketua ASEAN,” ujar Ketua Perbadanan Pembangunan Perdagangan Luar Malaysia, Datuk Seri Reezal Merican, dikutip Free Malaysia Today.
Direktur Institute for Democracy and Economic Affairs, Dr. Rebecca Fatima Sta Maria, menambahkan, “Bukan Malaysia yang mengundang AS. ASEAN, dengan Malaysia sebagai ketua, yang mengundang AS.” Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya kritik dalam negeri terkait partisipasi Trump.
Sejumlah 23 LSM dan partai oposisi mendesak pemerintah mencabut undangan tersebut. Mereka menilai kehadiran Trump tidak sejalan dengan sikap Malaysia yang konsisten mendukung perjuangan Palestina.
Ribuan demonstran bahkan menggelar aksi di depan Kedutaan Besar AS di Kuala Lumpur, membawa poster berisi kecaman terhadap Washington dan dukungannya pada Israel, tulis Malaysia Now.
Namun Perdana Menteri Anwar Ibrahim tetap menekankan pentingnya diplomasi langsung. Dukungan serupa disampaikan Presiden Perbadanan Pembangunan Perdagangan Luar Malaysia, Azamanizam Baharon. Ia mengingatkan, mencabut undangan bisa memicu dampak serius.
“Risiko ekonomi yang serius, termasuk gangguan ekspor ke AS,” ujarnya, seraya menekankan bahwa perdagangan Malaysia-AS mencapai 11,8% dari total perdagangan negara dengan pertumbuhan tahunan 28,8% per Januari 2025.
Spekulasi lain yang ikut mencuat adalah kemungkinan pertemuan bilateral antara Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela KTT.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, menyatakan, “Masih ada waktu sebelum KTT ASEAN berlangsung dan informasi terkait akan dibagikan pada waktu yang tepat,” lapor Bernama.
Jika terwujud, ini akan jadi pertemuan tatap muka pertama keduanya sejak Trump memberlakukan tarif 50% atas impor India pada Agustus lalu, menyusul keputusan India membeli minyak Rusia.
Saat ini Washington dan New Delhi masih dalam negosiasi perdagangan, setelah Menlu AS Marco Rubio bertemu Menlu India S. Jaishankar di sela Sidang Umum PBB bulan September.
Menjelang KTT, pemerintah Malaysia mengerahkan lebih dari 13.000 personel keamanan, termasuk 10.492 petugas polisi dan 3.000 petugas imigrasi. Menteri Dalam Negeri Datuk Seri Saifuddin Nasution Ismail memastikan Persiapan telah dilakukan dengan enam modul pelatihan khusus bagi aparat.
Langkah pengamanan ekstra ini dilakukan untuk mengantisipasi ancaman keamanan serta potensi unjuk rasa besar selama pertemuan berlangsung.

0Komentar