![]() |
| Pertanian Indonesia mencetak sejarah pada 2025 dengan menjadi penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, mengungguli industri pengolahan. (Kementan) |
Sektor pertanian Indonesia mencatat tonggak bersejarah pada 2025. Untuk pertama kalinya, sektor ini menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan kontribusi mencapai 13,83%, melampaui sektor industri pengolahan yang selama ini mendominasi perekonomian Tanah Air.
Capaian tersebut dikonfirmasi langsung oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam keterangannya di Istana Negara, Kamis (9/10/2025).
“Yang menarik adalah penyumbang PDB tertinggi pertama, itu jawara adalah pertanian. Dalam sejarah,” kata Amran di hadapan wartawan.
Ia menyebut, prestasi ini bertepatan dengan stok beras nasional yang mencapai 4,2 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian tumbuh 10,52% pada kuartal I-2025 dan melonjak menjadi 13,53% pada kuartal II-2025.
Pertumbuhan itu jauh di atas sektor industri pengolahan yang hanya mencatat kenaikan 5,68%.
Secara nilai, kontribusi pertanian terhadap PDB meningkat dari Rp361,5 triliun pada kuartal I menjadi Rp410,4 triliun di kuartal II. Sementara kontribusi industrinya justru melambat.
“Kebijakan pro-rakyat yang dijalankan Presiden Prabowo Subianto telah mengubah wajah ekonomi desa,” ujar Amran, menegaskan bahwa peningkatan ini merupakan hasil sinergi lintas sektor.
Kementerian Pertanian mencatat, Nilai Tukar Petani (NTP) kini mencapai 124,36, jauh di atas target Kementerian Keuangan sebesar 110 poin.
Produksi padi nasional juga meningkat pesat, diproyeksikan mencapai 33 juta ton hingga November dan berpotensi tembus 34 juta ton pada Desember 2025.
Kenaikan ini didorong oleh deregulasi besar-besaran di sektor pertanian. Pemerintah mencabut 240 aturan yang dinilai menghambat, serta menerbitkan 17 Peraturan Presiden dan Instruksi Presiden dalam 10 bulan terakhir.
Selain itu, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dinaikkan menjadi Rp6.500 per kilogram, dan jagung menjadi Rp5.500 per kilogram, yang diklaim meningkatkan pendapatan petani hingga Rp113 triliun.
Ekonom pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dwi Rachman, menilai capaian ini menunjukkan pergeseran positif dalam struktur ekonomi nasional.
“Selama dua dekade terakhir, pertanian sering dianggap sektor tradisional. Tapi kini terbukti, dengan kebijakan yang tepat, sektor ini bisa menjadi motor utama pertumbuhan,” ujarnya saat dihubungi Jumat (10/10/2025).
Namun, Dwi mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas produksi agar capaian tidak bersifat sementara.
“Kuncinya ada pada infrastruktur penyimpanan, distribusi, dan stabilitas harga. Kalau itu kuat, sektor ini bisa terus jadi tulang punggung ekonomi,” tambahnya.
Kementerian Pertanian mengakui masih ada kendala di lapangan. Dari total 4,2 juta ton stok beras nasional, sekitar 30 ribu ton mengalami penurunan mutu atau hanya 0,071%. Amran menilai angka itu tidak signifikan.
“Kami sudah siapkan anggaran Rp5 triliun untuk bangun gudang penyimpanan baru dan Rp1,7 triliun untuk penguatan sektor produktif, mulai dari benih sampai alat mesin pertanian,” jelasnya.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional dan menjaga momentum positif sektor pertanian yang kini menjadi tumpuan baru ekonomi Indonesia.

0Komentar