![]() |
| Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji menjadikan negaranya sebagai “surga sosialis terbaik di dunia” dalam perayaan 80 tahun Partai Pekerja Korea di Pyongyang. (Rodong Sinmun) |
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berjanji mengubah negaranya yang terisolasi menjadi “surga sosialis terbaik di dunia” dalam pidato besar-besaran untuk memperingati 80 tahun berdirinya Partai Pekerja Korea. Peringatan tersebut berlangsung Kamis (9/10) malam di Stadion May Day, Pyongyang, disaksikan puluhan ribu warga dan diwarnai pesta kembang api, pertunjukan massal, serta parade budaya yang menunjukkan kekuatan politik partai.
Acara ini menjadi salah satu perayaan terbesar Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir, sekaligus menandai peningkatan hubungan diplomatik dengan negara-negara sekutu.
Untuk pertama kalinya sejak 2019, pejabat tinggi China kembali berkunjung ke Pyongyang. Perdana Menteri China Li Qiang hadir sebagai tamu kehormatan, didampingi mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang datang mewakili Dewan Keamanan Rusia.
Selain itu, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam To Lam dan Presiden Laos Thongloun Sisoulith juga ikut menghadiri acara tersebut.
Media pemerintah menampilkan foto Kim Jong Un yang melambaikan tangan di antara Li Qiang dan To Lam, sementara langit Pyongyang dihiasi kembang api dan ribuan warga membentuk tulisan “Merayakan Ulang Tahun ke-80 Partai Pekerja Korea” dengan kartu warna.
Menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), Kim juga mengadakan pertemuan bilateral dengan Li dan To Lam untuk membahas penguatan kerja sama politik dan ekonomi. Wakil Kim, Jo Yong Won, menerima Medvedev dalam pertemuan terpisah untuk membicarakan kolaborasi dengan Rusia.
Dalam pidatonya, Kim menyebut perayaan ini sebagai simbol kemenangan sosialisme Korea dan menegaskan bahwa negaranya akan terus menghadapi ancaman perang nuklir yang meningkat oleh kaum imperialis AS.
Ia menuduh Amerika Serikat dan sekutunya memicu ketegangan di Semenanjung Korea melalui latihan militer gabungan dan kebijakan sanksi.
“Kita akan terus membangun kekuatan militer dan ekonomi untuk mempertahankan kedaulatan bangsa,” kata Kim di hadapan massa, seperti dikutip KCNA.
Sementara itu, kunjungan Li Qiang disebut sebagai bentuk dukungan Beijing terhadap stabilitas Semenanjung Korea.
Dalam pernyataan yang disiarkan media pemerintah China, Li menegaskan bahwa hubungan antara Beijing dan Pyongyang “tidak akan terguncang oleh perubahan situasi internasional.” Ia juga menyebut kerja sama kedua negara akan terus berkembang di bidang ekonomi dan keamanan kawasan.
Di sisi lain, Medvedev mengatakan Rusia dan Korea Utara memiliki tujuan strategis yang sama dalam melawan tekanan Barat, mengacu pada sanksi internasional yang dijatuhkan terhadap kedua negara.
Kunjungan ini menegaskan kedekatan Pyongyang dengan Moskow di tengah meningkatnya ketegangan global akibat perang Ukraina dan kebijakan pertahanan AS di Asia Timur.
Meski retorikanya tetap keras terhadap Washington, sejumlah analis mencatat bahwa Kim masih membuka celah diplomasi. Ia disebut bersedia melanjutkan pembicaraan dengan Amerika Serikat jika syarat denuklirisasi penuh dihapus.
Hal ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump beberapa kali menyatakan keinginannya untuk kembali berdialog dengan Pyongyang.
Sumber diplomatik di Seoul menyebut, pendekatan ini mencerminkan strategi ganda Kim meningkatkan kerja sama dengan blok anti-Barat sambil menjaga kemungkinan negosiasi dengan Washington terbuka.
“Kim sedang menegosiasikan posisi tawar,” kata seorang pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan yang dikutip Yonhap.
Parade militer besar yang rencananya digelar Jumat (10/10) untuk memamerkan sistem senjata terbaru, termasuk rudal balistik antarbenua Hwasong-20, ditunda karena perkiraan cuaca buruk di Pyongyang.
Namun, sumber militer Korea Selatan memperkirakan parade tersebut tetap akan dilaksanakan dalam waktu dekat untuk menampilkan kekuatan persenjataan Korea Utara, termasuk rudal jarak pendek yang diklaim mampu membawa hulu ledak nuklir ke wilayah Korea Selatan.
Dengan kehadiran para pemimpin dari China, Rusia, Vietnam, dan Laos, perayaan ulang tahun ke-80 Partai Pekerja menjadi ajang unjuk kedekatan politik Korea Utara dengan sekutu-sekutu utamanya, sekaligus sinyal kuat bahwa Pyongyang semakin memperkuat blok anti-Barat di tengah tensi global yang memanas.

0Komentar