Ekspor tekstil dan alas kaki Indonesia mencapai USD 13,17 miliar pada Januari–Agustus 2025, naik 4,51 persen dibanding tahun lalu. Sektor alas kaki jadi penopang utama dengan pertumbuhan hampir 12 persen. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Ekspor gabungan sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki Indonesia mencatat kinerja positif pada awal tahun ini. Sepanjang Januari hingga Agustus 2025, nilai ekspor kedua sektor tersebut mencapai USD 13,17 miliar, naik 4,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 12,59 miliar.

Kenaikan ini disebut menandai kebangkitan industri manufaktur nasional setelah dua tahun menghadapi tekanan pasar global dan kompetisi ketat dari produk impor murah.

Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan sektor alas kaki menjadi penyumbang utama dengan nilai ekspor mencapai USD 5,16 miliar, tumbuh 11,89 persen dari tahun sebelumnya. Sementara ekspor TPT tercatat USD 8,01 miliar, naik tipis 0,24 persen.

Indonesia kini menempati posisi keenam eksportir alas kaki terbesar dunia, dengan pangsa pasar global 3,99 persen. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut capaian ini sebagai bukti kemampuan industri nasional menghasilkan produk berstandar tinggi.

“Keberhasilan ekspor sepatu merek global seperti Converse membuktikan bahwa produk buatan Indonesia mampu bersaing di pasar internasional,” ujar Agus Gumiwang dalam keterangan resmi, Senin (6/10/2025).

Ia menambahkan, pertumbuhan ekspor tersebut tidak lepas dari dukungan kebijakan hilirisasi dan penguatan rantai pasok bahan baku yang diterapkan pemerintah sejak tahun lalu.

Sektor tekstil dan alas kaki sempat terpukul selama 2023–2024 akibat perlambatan ekonomi global dan penurunan permintaan dari pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa. Banyak pabrik menurunkan produksi, bahkan sebagian menghentikan operasional sementara.

Namun sejak awal 2025, tanda-tanda pemulihan mulai terlihat. Permintaan ekspor meningkat, terutama untuk produk alas kaki dan pakaian jadi. Seiring itu, tingkat pemanfaatan industri (utilisasi) juga ikut membaik.

Kemenperin mencatat, utilisasi industri tekstil naik dari 56,88 persen pada 2024 menjadi 59,09 persen pada kuartal II 2025, sedangkan industri alas kaki mencapai 80,21 persen pada semester pertama tahun ini—level tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Dari sisi pelaku usaha, optimisme mulai tumbuh. Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anne Patricia Sutanto, menilai peningkatan ekspor menunjukkan daya saing industri nasional kembali menguat.

“Para pelaku usaha mulai berani meningkatkan produksi karena pasar ekspor mulai pulih dan kebijakan pemerintah semakin mendukung,” kata Anne dalam pernyataannya di Jakarta.

Ia menilai kebijakan pemerintah yang menyeimbangkan kebutuhan bahan baku ekspor dan perlindungan pasar domestik berjalan cukup efektif. Menurutnya, langkah itu membuat industri TPT dan alas kaki kembali menarik bagi investor dan mampu menjaga stabilitas tenaga kerja di sektor padat karya tersebut.

“Sektor ini sangat penting karena menyerap banyak tenaga kerja. Saat ekspor naik, otomatis penyerapan buruh ikut meningkat,” ujarnya.

Pemerintah menyatakan akan menjaga momentum pertumbuhan ekspor ini agar berkelanjutan. Kemenperin bersama Kementerian Perdagangan disebut tengah memperluas akses pasar ekspor melalui perjanjian dagang baru, serta mendorong investasi di sektor bahan baku dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor.

Sejumlah kawasan industri di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten kini tengah diprioritaskan untuk menjadi pusat produksi TPT dan alas kaki berorientasi ekspor.

“Target kami sederhana: ekspor tetap tumbuh dua digit sampai akhir tahun, dan utilisasi industri bisa kembali di atas 80 persen,” kata Agus Gumiwang.

Hingga akhir tahun, pemerintah memperkirakan ekspor gabungan TPT dan alas kaki berpotensi menembus USD 20 miliar, bergantung pada stabilitas permintaan global serta ketersediaan bahan baku dalam negeri.