![]() |
| Donald Trump meningkatkan kampanye untuk meraih Nobel Perdamaian 2025 setelah mengklaim adanya kemajuan dalam proses perdamaian Gaza. (Wikimedia Commons) |
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuri perhatian dunia internasional dengan meningkatkan kampanye publiknya untuk meraih Penghargaan Nobel Perdamaian 2025. Langkah itu dilakukan setelah ia mengklaim adanya terobosan besar dalam proses perdamaian Gaza, di mana Hamas sebagian menerima rencana 20 poin yang diajukannya.
Trump mengumumkan kabar itu pada Jumat (3/10) waktu setempat melalui unggahan di platform media sosial miliknya, Truth Social.
Dalam pernyataannya, ia mengatakan Hamas telah menunjukkan niat untuk perdamaian abadi dan memerintahkan Israel untuk berhenti mengebom Gaza.
Menurutnya, kelompok militan tersebut juga setuju membebaskan seluruh sandera Israel yang tersisa sebagai bagian dari kesepakatan awal.
“Berdasarkan pernyataan yang baru saja dikeluarkan oleh Hamas, saya percaya mereka siap untuk perdamaian abadi,” tulis Trump di Truth Social.
Namun, laporan dari media Israel menyebut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terkejut dengan reaksi cepat Trump, mengingat Hamas belum menanggapi beberapa syarat utama.
Dua di antaranya adalah tuntutan untuk perlucutan senjata total dan penarikan penuh pasukan mereka dari Gaza poin yang dianggap penting oleh pemerintah Israel untuk menjamin keamanan jangka panjang.
Terobosan ini menjadi momen paling dekat antara Israel dan Hamas menuju gencatan senjata sejak perang pecah hampir dua tahun lalu. Namun, para pengamat menilai langkah Trump masih jauh dari jaminan perdamaian permanen.
Trump, yang kembali menjabat sebagai presiden pada Januari 2025, mengklaim telah mengakhiri tujuh perang yang tak dapat diakhiri dalam sembilan bulan masa pemerintahannya.
Dalam berbagai pidato dan wawancara, ia menyebut sejumlah konflik yang menurutnya berhasil diselesaikan, termasuk antara Kamboja dan Thailand, Kosovo dan Serbia, Republik Demokratik Kongo dan Rwanda, Pakistan dan India, Israel dan Iran, Mesir dan Ethiopia, serta Armenia dan Azerbaijan.
Namun, laporan CNN dan sejumlah pakar regional menunjukkan sebagian klaim tersebut tidak sepenuhnya akurat. Beberapa konflik yang diklaim telah “diakhiri” oleh Trump ternyata bukan merupakan perang aktif, sementara sebagian lainnya hanya melibatkan peran mediasi terbatas dari Amerika Serikat.
Prestasi paling nyata, menurut analisis CNN International, adalah deklarasi damai formal antara Armenia dan Azerbaijan pada Agustus lalu yang mengakhiri sengketa puluhan tahun di wilayah Nagorno-Karabakh.
Komite Nobel Tanggapi Kampanye Trump
Meski optimistis dengan peluangnya, para pengamat Hadiah Nobel menilai Trump tidak memiliki kemungkinan besar untuk meraih penghargaan itu.
Sejarawan Norwegia Asle Sveen mengatakan kepada Reuters bahwa rekam jejak politik luar negeri Trump membuatnya sulit dianggap sebagai tokoh perdamaian dunia.
“Dia sama sekali tidak punya peluang untuk mendapatkan hadiah itu,” kata Sveen kepada Reuters, merujuk pada dukungan kuat Trump terhadap Israel selama konflik Gaza dan pendekatannya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pandangan serupa disampaikan Nina Græger, Direktur Peace Research Institute Oslo (PRIO), yang juga dikutip oleh Reuters.
Menurutnya, retorika Trump “tidak mengarah pada perspektif perdamaian” dan justru sering memperkeruh diplomasi global.
Ia menilai keputusan Trump menarik Amerika Serikat dari berbagai perjanjian internasional serta memicu perang dagang dengan sekutu sebagai tindakan yang “bertolak belakang dengan idealisme Nobel”.
Sementara itu, Komite Nobel Norwegia menegaskan pihaknya tetap independen dan tidak akan terpengaruh oleh upaya lobi politik. Wakil Ketua Komite, Asle Toje, kepada Reuters menyebut kampanye publik yang dilakukan Trump justru bisa berdampak negatif terhadap peluangnya.
“Kampanye pengaruh biasanya berdampak lebih negatif daripada positif. Kami lebih suka bekerja tanpa upaya eksternal untuk memengaruhi kami,” ujar Toje.
Menjelang Pengumuman Nobel
Pengumuman pemenang Nobel Perdamaian 2025 dijadwalkan berlangsung di Oslo pada 10 Oktober. Meski sejumlah lembaga taruhan menempatkan nama Trump di posisi unggulan, para analis menilai keputusan akhir tetap sulit diprediksi.
Proses seleksi Nobel dilakukan secara rahasia dan hanya diketahui oleh lima anggota komite yang ditunjuk oleh Parlemen Norwegia.
Hingga kini, Gedung Putih belum mengonfirmasi apakah Trump akan menghadiri langsung acara pengumuman di Oslo.
Namun, sumber yang dikutip Reuters dari lingkaran dalam kepresidenan menyebut Trump “sangat yakin” dengan peluangnya, terutama setelah kemajuan terbaru di Gaza menarik perhatian global.
Di sisi lain, pemerintah Israel dan Hamas belum memberikan pernyataan resmi mengenai tindak lanjut rencana perdamaian tersebut.
Menurut laporan Al Jazeera dan The Times of Israel, mediator dari Mesir dan Qatar tengah menyiapkan pertemuan lanjutan untuk membahas langkah konkret menuju gencatan senjata permanen di Gaza.

0Komentar