Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (24/9) mengadakan pertemuan tertutup dengan para pemimpin Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Dalam pertemuan itu, Trump menegaskan bahwa ia tidak akan mengizinkan Israel mencaplok wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Pertemuan tersebut dihadiri perwakilan Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, Mesir, Yordania, Turki, Indonesia, dan Pakistan. Trump menyebut pertemuan itu sebagai agenda terpenting sepanjang hari, menurut laporan Middle East Eye.
Menurut laporan Politico, enam sumber yang mengetahui jalannya diskusi mengonfirmasi bahwa Trump mengambil sikap keras terhadap isu aneksasi. Dua sumber menyebut komitmen itu “tidak tergoyahkan”.
Sementara dua sumber lain menyatakan tim Trump bahkan menyiapkan dokumen rencana komprehensif untuk mengakhiri perang di Gaza, yang memuat janji pencegahan aneksasi Tepi Barat sekaligus tata kelola pascaperang.
Langkah ini datang di tengah gelombang pengakuan negara Palestina oleh sejumlah sekutu Barat, termasuk Inggris, Prancis, Kanada, dan Australia. Pengakuan tersebut memicu reaksi keras dari pejabat Israel. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich sebelumnya mengusulkan rencana untuk mencaplok hingga 82 persen wilayah Tepi Barat.
Para pemimpin Arab dalam pertemuan itu disebut menyampaikan peringatan langsung kepada Trump. Mereka menegaskan bahwa langkah aneksasi Israel bisa meruntuhkan Abraham Accords, perjanjian normalisasi hubungan yang selama ini menjadi salah satu pencapaian kebijakan luar negeri utama Trump.
UEA menyatakan aneksasi sebagai “garis merah” yang dapat menutup peluang integrasi regional, sementara Arab Saudi memperingatkan adanya “dampak besar di semua bidang” jika Israel tetap maju dengan rencana tersebut, mengutip Politico.
Selain soal Tepi Barat, Trump juga menawarkan visi untuk mengakhiri konflik di Gaza. Rencana itu dikabarkan diadaptasi dari usulan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Intinya adalah gencatan senjata beberapa minggu, pembebasan 48 sandera yang tersisa, serta pembentukan pemerintahan pascaperang tanpa kehadiran Hamas.
Menurut Times of Israel, dokumen tersebut juga mencakup gagasan pembentukan pasukan stabilisasi dari negara-negara Arab dan Muslim untuk menggantikan peran militer Israel di Gaza.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggambarkan diskusi itu sebagai berbuah hasil, tanpa memberi rincian lebih lanjut. Dari pihak Indonesia, Presiden Prabowo Subianto menyatakan kesiapan mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza jika diminta.
Sementara itu, negara-negara peserta merilis makalah posisi yang menyambut baik proposal Trump, namun sekaligus menegaskan penolakan terhadap operasi militer Israel yang berkelanjutan serta segala bentuk pemindahan paksa warga Palestina, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Pertemuan di New York tersebut juga dipandang sebagai persiapan menuju agenda pertemuan Trump dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih, Senin mendatang.
Pertemuan itu diperkirakan menjadi momen kunci bagi AS untuk menekan Israel agar menerima inisiatif perdamaian sambil menahan diri dari rencana aneksasi Tepi Barat.

0Komentar