Restorasi Meiji (1868–1912) menandai transformasi Jepang dari negara feodal menjadi kekaisaran modern. Di bawah Kaisar Meiji, Jepang menghapus sistem samurai, membangun infrastruktur, memperkuat militer, dan membuka diri pada pengaruh Barat. (Ilustrasi/Apluswire)

Jepang memulai salah satu perubahan terbesar dalam sejarahnya pada 1868 ketika Kaisar Meiji mengambil alih kekuasaan dari shogun Tokugawa. Langkah itu menandai berakhirnya sistem feodal berabad-abad dan membuka jalan bagi lahirnya negara modern yang dalam waktu singkat mampu menyaingi kekuatan Barat.

Periode yang berlangsung hingga 1912 itu dikenal sebagai Restorasi Meiji. Dalam masa ini, Jepang berubah dari negara terisolasi menjadi kekaisaran industri dan militer dengan pengaruh besar di Asia Timur.


Akhir Zaman Edo dan Krisis Kedaulatan

Sebelum perubahan itu terjadi, Jepang berada di bawah pemerintahan shogun Tokugawa. Kebijakan isolasi nasional, atau sakoku, membatasi hubungan dengan dunia luar selama lebih dari dua abad.

Namun, situasi berubah drastis ketika komodor Amerika Serikat, Matthew Perry, datang ke Teluk Edo pada 1853. Dengan kapal perang yang disebut “kapal hitam”, ia menuntut Jepang membuka pelabuhan untuk perdagangan.

Pemerintah Tokugawa akhirnya menandatangani serangkaian perjanjian dengan negara Barat, yang dianggap tidak adil dan merugikan kedaulatan. Hal ini memicu ketidakpuasan luas, terutama dari kelompok samurai dan bangsawan daerah.

“Shogun gagal melindungi Jepang dari tekanan asing. Itu sebabnya kami menuntut agar kekuasaan dikembalikan kepada Kaisar,” tulis salah satu manifesto gerakan Sonnō jōi (Hormati Kaisar, Usir Orang asing) yang populer saat itu.


Kebangkitan Kaisar Meiji

Pada awal 1868, pasukan yang setia kepada Kaisar berhasil menggulingkan pemerintahan shogun dalam konflik singkat yang dikenal sebagai Perang Boshin. 

Kekuasaan politik kembali ke tangan Kaisar, yang kala itu baru berusia 15 tahun dan dikenal sebagai Kaisar Meiji.

Pemerintahan baru segera melakukan reformasi mendasar. Sistem feodal dihapus, hak-hak khusus kelas samurai dan daimyo dicabut, dan pemerintahan pusat mengambil kendali penuh atas seluruh wilayah.

Sejarawan Jepang, Junji Banno, menjelaskan bahwa keputusan ini krusial. “Jika sistem lama tetap dipertahankan, Jepang mungkin akan bernasib sama seperti banyak negara Asia lain yang jatuh ke tangan kolonial Barat,” ujarnya.

Pada 1889, Jepang mengadopsi Konstitusi Meiji, yang memperkenalkan monarki konstitusional dengan lembaga parlemen bernama Diet. 

Konstitusi ini dianggap simbol modernisasi politik yang membawa Jepang lebih dekat dengan sistem negara Barat.


Industrialisasi Pesat

Perubahan tidak hanya terjadi dalam politik. Pemerintah Meiji menargetkan modernisasi ekonomi dengan mengutamakan pembangunan infrastruktur dan industri.

Kereta api pertama Jepang dibuka pada 1872, menghubungkan Tokyo dan Yokohama. Jaringan telegraf dan pelabuhan modern segera menyusul. Pabrik baja, galangan kapal, dan industri tekstil menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi.

Sistem keuangan juga dibenahi. Bank-bank modern berdiri, sementara pajak tanah diganti dengan sistem uang tunai yang memberi insentif bagi produktivitas pertanian.

Menurut catatan Kementerian Keuangan Jepang kala itu, pendapatan negara meningkat pesat berkat reformasi agraria. 

“Sistem pajak baru memungkinkan pemerintah membiayai proyek industrialisasi yang sebelumnya mustahil,” demikian tertulis dalam laporan tahunan 1880.


Militer Modern dan Ambisi Ekspansi

Modernisasi juga menyentuh bidang militer. Pada 1873, pemerintah memperkenalkan wajib militer untuk seluruh pria dewasa, menggantikan pasukan samurai.

Dengan bantuan penasihat asing, Jepang mengadopsi strategi Jerman untuk angkatan darat dan sistem angkatan laut Inggris. 

Galangan kapal modern dibangun, menjadikan Jepang salah satu kekuatan laut yang berkembang pesat di Asia.

Keberhasilan terlihat pada Perang Sino-Jepang 1894–1895, ketika Jepang mengalahkan Dinasti Qing dan mendapatkan Taiwan sebagai koloni pertama. Sepuluh tahun kemudian, Jepang kembali menang melawan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang 1904–1905.

Kemenangan atas Rusia mengejutkan dunia. Untuk pertama kalinya, negara Asia berhasil mengalahkan kekuatan Eropa modern. 

Surat kabar The Times di London menulis saat itu: “Jepang telah muncul sebagai kekuatan dunia baru yang tak bisa lagi diremehkan.”


Dampak Sosial dan Budaya

Reformasi Meiji tidak hanya berdampak pada negara, tetapi juga masyarakat. Pendidikan wajib diperkenalkan, dengan kurikulum yang menekankan sains, teknologi, dan nasionalisme.

Urbanisasi meluas seiring pertumbuhan industri. Kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Yokohama menjadi pusat perdagangan dan budaya.

Pengaruh Barat masuk dalam berbagai aspek kehidupan. Pakaian gaya Barat mulai dipakai pejabat pemerintah, sementara arsitektur bergaya Eropa berdiri di jantung Tokyo. Literatur dan seni juga mengalami perubahan, meski Jepang tetap berusaha menjaga identitas budayanya.

“Modernisasi bukan berarti meninggalkan jati diri. Pemerintah Meiji sadar, kekuatan Jepang justru ada pada kemampuannya menggabungkan tradisi dengan teknologi Barat,” kata profesor sejarah budaya, Masayuki Sato, dari Universitas Kyoto.


Warisan Restorasi Meiji

Restorasi Meiji meninggalkan jejak yang dalam. Dalam waktu kurang dari setengah abad, Jepang bertransformasi dari negara feodal terbelakang menjadi kekuatan industri, politik, dan militer dunia.

Namun, keberhasilan ini juga membuka jalan bagi ambisi ekspansionis yang kelak membawa Jepang ke konflik besar di abad ke-20.

Sejarawan mencatat bahwa periode Meiji bukan sekadar masa modernisasi, melainkan titik balik yang menentukan arah sejarah Jepang.

“Tanpa Restorasi Meiji, Jepang mungkin tidak pernah menjadi negara yang kita kenal sekarang. Periode itu adalah fondasi dari seluruh pembangunan Jepang modern,” ujar sejarawan internasional, Marius Jansen, dalam bukunya The Making of Modern Japan.

Sejarah dan perjalanan panjang Jepang
4 dari 8