![]() |
| Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengunjungi Pusat Koordinasi Sipil-Militer di Kiryat Gat, 24 Oktober 2025. (Olivier Fitoussi/POOL) |
Amerika Serikat resmi mengambil alih koordinasi bantuan kemanusiaan ke Gaza pada Jumat (7/11), menempatkan militer Israel dalam posisi sekunder. Langkah ini dilakukan melalui Pusat Koordinasi Sipil-Militer (Civil-Military Coordination Center/CMCC) di Kiryat Gat, Israel selatan, yang kini menjadi penentu utama volume, jenis, dan jalur masuk bantuan ke wilayah Gaza yang hancur akibat perang dua tahun terakhir.
Menurut pejabat AS yang dikutip The Washington Post, Israel tetap dilibatkan dalam proses koordinasi, namun tidak lagi memegang keputusan akhir.
“Israel masih menjadi bagian dari percakapan, tetapi keputusan akan diambil oleh badan yang lebih luas,” ujar seorang pejabat AS.
CMCC mulai beroperasi sejak 17 Oktober dengan sekitar 200 tentara AS dan perwakilan lebih dari 40 negara serta organisasi internasional. Letnan Jenderal Patrick Frank memimpin operasi militer, sementara diplomat karier Steven Fagin, mantan duta besar AS untuk Yaman, bertanggung jawab atas koordinasi sipil.
Beberapa sumber yang terlibat menggambarkan awal operasi sebagai tidak terorganisir, dengan proses pengambilan keputusan terhambat oleh kebutuhan tiap negara anggota untuk menunggu persetujuan dari ibu kota mereka.
“Ada banyak orang di meja dengan komputer dan banyak ketidakpastian,” kata salah satu pengunjung kepada The Washington Post.
Meski koordinasi telah bergeser ke tangan AS, penyaluran bantuan masih menjadi sorotan. Pejabat AS menyebut sekitar 800 truk memasuki Gaza setiap hari. Namun, organisasi kemanusiaan menilai jumlah sebenarnya jauh lebih rendah, sekitar 145 truk per hari, menurut sumber Palestina.
Di sisi lain, pemerintahan Presiden Donald Trump tengah mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengesahkan rancangan resolusi yang akan melegitimasi rencana perdamaian Gaza 20 poin ke dalam hukum internasional. Resolusi itu juga akan memberi mandat pembentukan Pasukan Stabilisasi Internasional dengan kekuatan sekitar 20.000 tentara.
Konsultasi awal atas rancangan resolusi tersebut telah dimulai pekan ini, dengan pemungutan suara diperkirakan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan.
Namun, sejumlah negara yang berpotensi menyumbang pasukan menunjukkan sikap hati-hati. Azerbaijan, misalnya, menyatakan hanya akan mengirim pasukan jika gencatan senjata benar-benar berlaku.
“Pasukan internasional akan dikerahkan sangat segera,” kata Trump pada Jumat, mengklaim banyak negara telah menawarkan kontribusi militer.
Pernyataan itu bertolak belakang dengan keterangan sejumlah diplomat Arab yang menyebut sebagian besar negara masih menunggu kejelasan situasi di lapangan.

0Komentar