![]() |
Tragedi KMP Tunu Pratama di Selat Bali, enam jenazah korban diserahkan ke keluarga, 30 penumpang masih hilang, pencarian tim SAR berlanjut. (ANTARA FOTO/Budi Candra Setya) |
Tragedi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam terus menyisakan duka mendalam. Enam jenazah korban telah diserahkan kepada pihak keluarga pada Kamis (3/7/2025) malam di Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, setelah dievakuasi dan diidentifikasi di RSUD Negara, Jembrana, Bali.
Insiden yang merenggut nyawa ini memukul keras keluarga korban, dengan 30 penumpang lainnya masih dalam pencarian intensif oleh tim SAR gabungan.
Proses penyerahan jenazah dilakukan secara simbolis oleh Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, didampingi Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nanang Avianto dan Deputi Operasi dan Siaga Basarnas Ribut Eko Suyatno.
Keenam jenazah diangkut menggunakan lima ambulans dari Pelabuhan Gilimanuk, Bali, dan tiba di Pelabuhan Ketapang sekitar pukul 20.15 WIB.
"Kami serahkan jenazah korban kepada keluarganya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan korban husnul khatimah," ujar Dudy Purwagandhi, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Setelah penyerahan, jenazah dibawa ke RSUD Blambangan, Banyuwangi, sebelum akhirnya diantar ke rumah duka masing-masing.
Berdasarkan data resmi Basarnas, kapal yang tenggelam pada pukul 23.35 WIB saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk itu mengangkut total 65 orang, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 kendaraan.
Hingga Kamis (3/7/2025) petang, tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 35 orang, dengan 29 di antaranya selamat dan enam lainnya meninggal dunia.
Identitas korban yang telah teridentifikasi mencakup
• Fitri April Lestari (33 tahun) dan putranya Afnan Aqiel Mustofa (3 tahun) dari Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi
• Elok Rumantini (34 tahun), penjaga kantin kapal dari Lingkungan Sritanjung, Banyuwangi
• Cahyani (45 tahun) dari Desa Wonosobo, Kecamatan Srono, Banyuwangi
• Eko Sastriyo (51 tahun) dari Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi
• Anang Suryono (59 tahun) dari Mangunharjo, Probolinggo.
Suasana duka menyelimuti Pelabuhan Ketapang saat keluarga korban menerima jenazah. Seorang saksi mata, Helen, menceritakan kepiluan menanti kabar ibunya, Mardiana Tri Susanti, dan lima anggota keluarga lainnya yang hendak berlibur ke Bali.
"Saya hubungi satu per satu, tidak ada yang jawab," ungkap Helen dengan isak tangis kepada BBC News Indonesia.
Kabar buruk dari media sosial tentang tenggelamnya kapal membuatnya semakin cemas, hingga akhirnya sebagian keluarganya dikonfirmasi menjadi korban.
Tim SAR gabungan, yang melibatkan Basarnas, TNI AL, Polairud, dan nelayan lokal, terus kebut pencarian terhadap 30 penumpang yang masih hilang.
Operasi penyisiran dilakukan baik melalui udara dengan helikopter rescue, pesawat TNI AL, dan drone termal, maupun melalui laut dengan kapal-kapal seperti KN SAR Permadi dan RIB Basarnas.
Namun, gelombang tinggi di perairan selatan Bali menjadi tantangan besar. "Fokus pencarian mengarah ke selatan dari titik kejadian, karena arus dan angin membawa ke arah tersebut," kata Kepala Basarnas Bali Nyoman Sidakarya.
Ia juga mengimbau masyarakat, terutama nelayan, untuk melaporkan jika menemukan tanda-tanda korban. Kecelakaan ini menambah catatan kelam insiden kapal tenggelam di Indonesia.
Direktur RSU Negara Jembrana, dr. Ni Putu Eka Indrawati, menyebut pihaknya telah menangani enam jenazah, termasuk balita Afnan Aqiel Mustofa, yang ditemukan terakhir.
"Jenazah telah diperiksa luar oleh tim rumah sakit bersama Dokkes Polri sebelum diserahkan," ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan biaya pengobatan korban asal Jatim digratiskan di rumah sakit milik pemprov, sebagai bentuk dukungan kepada keluarga yang terdampak.
Pencarian korban yang masih hilang akan dilanjutkan pada Jumat (4/7/2025) pagi, dengan harapan dapat memaksimalkan "golden time" untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa.
Tragedi ini juga memicu sorotan terhadap keselamatan pelayaran di Selat Bali, dengan investigasi penyebab kecelakaan kini diserahkan ke Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Kami tidak akan berhenti berikhtiar," tegas Khofifah, mengajak masyarakat mendoakan agar korban yang belum ditemukan segera kembali ke pelukan keluarga.
0Komentar