Taiwan gelar latihan militer terbesar sepanjang sejarah, kerahkan 22.000 pasukan dan pamer sistem roket HIMARS buatan AS. Sinyal tegas untuk hadapi ancaman invasi China. (Chian Ying-Ying/AP)

Taiwan resmi menggelar latihan militer tahunan Han Kuang 2025, yang kali ini menjadi yang terbesar sepanjang sejarah negara tersebut. Dimulai sejak Rabu, 9 Juli 2025, latihan ini langsung mencuri perhatian dunia internasional. 

Alasannya bukan hanya karena skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga karena tajamnya pesan politik yang dikirim ke Beijing di tengah meningkatnya ancaman militer dari China daratan.

Selama 10 hari penuh, Taiwan akan menguji kekuatan tempurnya di berbagai skenario yang didesain menyerupai kondisi invasi sesungguhnya. 

Sebanyak lebih dari 22.000 personel cadangan dikerahkan, angka yang dua kali lipat lebih banyak dari latihan tahun-tahun sebelumnya. 

Selain pasukan reguler, warga sipil juga dilibatkan secara langsung. Dalam skenario serangan udara, ruang bawah tanah di sejumlah supermarket disimulasikan sebagai tempat perlindungan darurat.

Berbagai manuver militer dilakukan untuk mengantisipasi serangan frontal maupun skenario di mana sistem komunikasi dan komando dilumpuhkan musuh. 

Termasuk di dalamnya simulasi perang kota, sabotase fasilitas vital, hingga perlindungan berlapis di titik-titik strategis seperti pelabuhan, pusat komando, dan bandara militer. 

Pemerintah Taiwan terang-terangan menyebut latihan ini sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan dari China, yang terus mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.

Latihan ini juga mengadopsi pelajaran penting dari konflik Ukraina-Rusia. Strategi pertahanan asimetris, seperti mengandalkan serangan cepat, unit kecil yang lincah, dan penggunaan teknologi tinggi dalam medan yang terbatas, menjadi inti dari latihan Han Kuang tahun ini. 

Dalam banyak skenario, Taiwan mencoba mereplikasi pola pertahanan Ukraina yang mampu menahan gempuran kekuatan militer lebih besar secara berkelanjutan.

Salah satu hal paling mencolok adalah pameran sistem persenjataan canggih. Untuk pertama kalinya, Taiwan memamerkan sekaligus menguji HIMARS—sistem roket artileri mobilitas tinggi buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat. 

Sistem ini jadi sorotan karena terbukti ampuh digunakan Ukraina untuk menyerang posisi strategis Rusia. Dari total 29 unit HIMARS yang dipesan, Taiwan sudah menerima 11 unit. 

Dengan jangkauan tembak mencapai 300 km, sistem ini diyakini bisa menghantam sasaran militer di Provinsi Fujian, China, dari seberang Selat Taiwan.

Tak hanya HIMARS, sistem lokal seperti Thunderbolt-2000 dan rudal Sky Sword juga ikut unjuk gigi. Thunderbolt digunakan untuk mensimulasikan serangan balasan terhadap pendaratan pasukan musuh di garis pantai, sementara Sky Sword memperkuat pertahanan udara jangka menengah Taiwan. 

Seluruh demonstrasi senjata ini dirancang sebagai bagian dari strategi deterrence—menunjukkan kemampuan tempur agar musuh berpikir dua kali sebelum menyerang.

Pakar militer dari Taipei Defense Review, Chen Ming-shu, menilai latihan Han Kuang 2025 sebagai “titik balik” dalam kesiapan militer Taiwan. “Ini bukan lagi latihan simbolik. Ini simulasi perang skala penuh,” ujarnya dalam wawancara yang dikutip Newsweek.

Amerika Serikat juga tidak tinggal diam. Meskipun secara resmi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan, dukungan Washington terus mengalir, terutama lewat penjualan senjata dan pelatihan militer. 

Kehadiran beberapa perwakilan produsen senjata AS dalam latihan ini semakin memperkuat spekulasi bahwa kerja sama militer kedua pihak kini berada di level paling intens dalam satu dekade terakhir.

Di sisi lain, Beijing merespons latihan ini dengan nada keras. Kementerian Pertahanan China mengecam Han Kuang sebagai “provokasi” dan memperingatkan bahwa setiap bentuk kemerdekaan Taiwan akan "dihancurkan dengan kekuatan". 

Namun Taiwan bergeming. Pemerintah di Taipei menegaskan bahwa mereka tak mencari perang, tetapi tak akan ragu mempertahankan tanah airnya.

Dengan durasi dua kali lebih lama dari sebelumnya, skala pasukan yang belum pernah terjadi, serta penggunaan teknologi tempur mutakhir, Han Kuang 2025 menjadi sinyal keras bahwa Taiwan tak akan tinggal diam menghadapi tekanan dari utara. 

Dalam dunia militer, latihan sebesar ini bukan hanya penguatan pertahanan, tapi juga bentuk komunikasi strategis yang nyaring: Taiwan siap bertahan, dan siap melawan.