Indonesia dan Brasil sepakat memperdalam kerja sama pertahanan secara konkret. Dalam kunjungan kenegaraan ke Brasil usai KTT BRICS di Rio de Janeiro, Presiden Prabowo Subianto bertemu langsung dengan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva dan menyepakati rencana ambisius: produksi bersama rudal dan kapal selam.
Kolaborasi ini tak hanya soal beli-pakai, tapi menyentuh jantung industri pertahanan. Brasil dan Indonesia akan melakukan transfer teknologi dan produksi alutsista bareng, termasuk sistem peluncur rudal dan platform kapal selam.
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia telah lama mempercayai produk militer Brasil. TNI, misalnya, menggunakan pesawat tempur EMB-314 Super Tucano dan kendaraan peluncur roket Astros II MK6 buatan Negeri Samba.
"Ini bukan kerja sama biasa. Kita bicara pengembangan bersama. Kita juga akan dorong latihan militer gabungan lebih intens," ujar Prabowo, dikutip dari keterangan resmi.
Bersamaan dengan itu, Prabowo memastikan implementasi Defense Cooperation Agreement (DCA) antara dua negara akan segera dijalankan.
Perjanjian kerja sama pertahanan itu sudah diratifikasi Indonesia sejak 30 September 2024, namun butuh langkah nyata untuk bisa berdampak langsung pada postur TNI dan industri pertahanan dalam negeri.
Kunjungan ini menandai babak baru dalam hubungan strategis kedua negara. Tak hanya militer, Brasil membuka peluang kesepakatan perdagangan bebas antara Indonesia atau ASEAN dengan blok ekonomi Mercosur.
Tahun 2024, perdagangan RI-Brasil tembus US$6,3 miliar, naik tajam dibanding lima tahun sebelumnya. Lula bahkan mendorong negosiasi segera dimulai untuk memperkuat rantai pasok antara Amerika Selatan dan Asia Tenggara.
"Brasil menolak proteksionisme. Kami ingin kerja sama dagang yang lebih terbuka dan adil, khususnya dengan mitra strategis seperti Indonesia," tegas Lula di hadapan delegasi kedua negara.
Di sektor energi dan pangan, kerja sama juga diperluas, termasuk di bidang transisi energi hijau dan ketahanan pangan. Prabowo dan Lula menyatakan akan menyinkronkan agenda menjelang KTT COP30 di Brasil.
Isu global pun tak luput dibahas. Keduanya kompak mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina. Mereka menyerukan pengakuan penuh Palestina di PBB dan mengecam kekerasan yang terus terjadi di Gaza.
Selain itu, reformasi tata kelola global juga jadi fokus. Indonesia dan Brasil—bersama negara Global Selatan lain seperti Afrika Selatan—mendorong pembaruan struktur PBB agar lebih representatif dan demokratis.
Tak kalah penting, konflik Rusia-Ukraina juga ikut jadi topik pembahasan. Sebagai sesama anggota BRICS, baik RI maupun Brasil sepakat pentingnya penyelesaian damai dan jalur diplomasi, bukan eskalasi militer.
Kunjungan Prabowo ke Brasil mendapat sambutan kenegaraan lengkap di Istana Planalto, termasuk parade pasukan berkuda dan pengibaran bendera merah putih berdampingan dengan hijau-kuning.
Delegasi RI mencakup menteri perdagangan, ESDM, pendidikan tinggi, dan pangan. Sementara dari Brasil hadir menteri luar negeri, pertanian, dan lingkungan hidup.
Sebagai penutup, Prabowo mengundang Lula untuk hadir di Indonesia pada Oktober 2025, bertepatan dengan KTT ASEAN di Malaysia.
Jika kunjungan balasan ini terwujud, penguatan hubungan dua poros kekuatan Global Selatan akan semakin solid, bukan hanya di atas kertas, tapi nyata di lapangan—mulai dari latihan militer hingga lini produksi rudal dan kapal selam.
0Komentar