![]() |
| Pemerintah siapkan langkah penyelamatan empat BUMN di proyek kereta cepat Whoosh untuk mengurangi tekanan utang dan memastikan keberlanjutan operasional. (Inilahkoran); |
Pemerintah tengah menyiapkan langkah penyelamatan untuk memperkuat keuangan empat BUMN yang ikut mendanai proyek kereta cepat Whoosh. Langkah ini jadi sorotan karena tingginya beban investasi proyek yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) membuat keempat perusahaan pelat merah itu, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Jasa Marga (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), harus menanggung tekanan finansial yang cukup berat.
Proyek Whoosh, yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, dibiayai dengan investasi jumbo mencapai US$ 7,2 miliar atau sekitar Rp 113 triliun.
Mayoritas dananya berasal dari pinjaman, salah satunya dari China Exim Bank, dengan porsi kepemilikan saham 60% dipegang konsorsium BUMN melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% oleh China Railway International Co. Ltd.
Masalahnya, beban utang yang membengkak dan biaya konstruksi yang sempat naik membuat posisi keuangan perusahaan anggota PSBI semakin tertekan.
Sumber internal menyebutkan, keterlambatan realisasi komitmen pendanaan pemerintah juga menjadi salah satu faktor yang memicu tekanan likuiditas. WIKA dan Jasa Marga bahkan sempat mencatat penurunan kinerja saham karena pasar melihat risiko dari proyek ini cukup besar.
KAI yang menjadi operator utama pun butuh tambahan pendanaan untuk menjaga keberlanjutan layanan Whoosh, sementara kontribusi PTPN VIII lebih banyak melalui dukungan pendanaan sektor perkebunan.
Kementerian BUMN yang dipimpin Erick Thohir menyiapkan beberapa strategi agar proyek ini tidak makin membebani BUMN.
Opsi yang dipertimbangkan antara lain restrukturisasi pembiayaan agar beban tidak sepenuhnya ditanggung anggota konsorsium, penyuntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk memperkuat modal, hingga kemungkinan pengalihan sebagian saham KCIC ke PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) atau BUMN lain yang lebih sehat.
“Pemerintah memastikan skema pembiayaan yang lebih adil dan berkelanjutan agar proyek ini tidak jadi beban berlarut-larut bagi BUMN,” kata seorang pejabat yang mengetahui rencana tersebut.
Selain restrukturisasi, pemerintah juga mendorong peningkatan pendapatan dari operasional Whoosh, termasuk memperluas layanan penumpang, memanfaatkan peluang bisnis di sekitar stasiun seperti properti dan retail, serta menyiapkan tahap perluasan rute hingga Surabaya untuk menambah potensi pendapatan jangka panjang.
Sinergi dengan BUMN lain seperti Telkom dan Pertamina juga dibahas untuk membantu pembiayaan maupun pengembangan ekosistem bisnis yang berkaitan dengan proyek ini.
Namun, sejumlah tantangan masih menunggu di depan. Utang proyek yang akan jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan membutuhkan skema pembayaran yang jelas.
Anggaran pemerintah yang terbatas bisa jadi kendala, sementara kinerja operasional Whoosh masih harus digenjot agar mendekati titik impas.
Bagi WIKA dan Jasa Marga, restrukturisasi jadi krusial untuk mengembalikan kepercayaan pasar, sedangkan KAI perlu memastikan beban operasional tidak menekan arus kas perusahaan.
Jika strategi ini berjalan sesuai rencana, proyek Whoosh bisa tetap beroperasi tanpa menjadi beban jangka panjang bagi BUMN yang terlibat.
Namun, jika restrukturisasi dan dukungan finansial tidak segera terealisasi, tekanan keuangan bisa makin besar, terutama bagi WIKA dan Jasa Marga yang kinerjanya sensitif terhadap pembiayaan jangka panjang.

0Komentar