Indonesia akan mengurangi impor minyak dan gas dari Timur Tengah dan Asia demi meningkatkan pasokan LPG, minyak mentah, dan BBM dari Amerika Serikat senilai US$15 miliar. (javafx.news)

Indonesia berencana mengurangi impor minyak dan gas dari Timur Tengah dan beberapa negara Asia demi meningkatkan pasokan energi dari Amerika Serikat (AS). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan langkah ini menjadi bagian dari kesepakatan dagang tarif resiprokal dengan AS, yang di dalamnya memuat komitmen pembelian energi senilai hingga US$15 miliar.

Bahlil menjelaskan bahwa kebijakan ini akan mencakup pembelian LPG, minyak mentah, dan BBM jenis bensin dari AS. Impor LPG dari negara tersebut sudah berjalan sejak beberapa waktu lalu, dan pemerintah berencana memperbesar volumenya. 

“Ya itu kan kalau LPG sudah terjadi, volumenya aja kita tingkatkan, nah volume peningkatannya sekarang kita lagi kerjakan,” kata Bahlil. 

Ia menambahkan, pengurangan pasokan dari negara lain, termasuk dari Timur Tengah dan kawasan Asia, menjadi konsekuensi dari skema baru ini. 

“Mengurangi dari negara lain ya. Ya Timur Tengah lah, Timur Tengah dan Asia,” ujarnya.

Saat ini, porsi impor BBM Indonesia dari AS masih tergolong kecil, sekitar 4% dari total kebutuhan nasional. Peningkatan volume ini akan mendorong perubahan signifikan dalam pola pasokan energi Indonesia, yang selama ini lebih banyak bergantung pada negara-negara Teluk dan pemasok regional. 

Pemerintah menegaskan bahwa langkah ini tidak semata-mata karena tekanan dagang, melainkan juga bagian dari upaya menjaga keseimbangan neraca perdagangan dengan AS.

Namun, rencana ini membawa tantangan baru. Jarak pengiriman yang lebih jauh berpotensi menambah biaya logistik dan waktu distribusi. Bahlil memastikan keputusan pembelian tetap mempertimbangkan keekonomian, termasuk harga yang kompetitif. 

“Yang jelas, impor dari AS itu akan dilakukan dengan memperhatikan nilai keekonomian, harga yang kompetitif,” tegasnya.

Pertamina bersama Kementerian ESDM kini tengah menyiapkan skema teknis untuk memastikan distribusi energi tetap lancar. Persiapan infrastruktur logistik dan penyesuaian regulasi juga menjadi bagian dari agenda agar transisi pasokan berjalan mulus. 

Pemerintah menilai strategi ini bisa membantu memperkuat ketahanan energi nasional, sekaligus membuka peluang hubungan dagang yang lebih seimbang dengan AS tanpa mengorbankan stabilitas pasokan di dalam negeri.

Langkah ini diperkirakan akan berdampak pada peta perdagangan energi Indonesia. Sementara beberapa pemasok lama dari Timur Tengah dan Asia mungkin harus menyesuaikan kontrak jangka panjang, pemerintah yakin diversifikasi sumber pasokan akan memperkuat posisi tawar Indonesia di pasar global. 

Kebijakan ini diharapkan mulai terlihat dampaknya secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan, seiring peningkatan kuota impor energi dari AS mencapai target yang telah disepakati.