Microsoft kembali gegerkan industri teknologi. Setelah memangkas 15.300 karyawan sejak awal 2025, raksasa asal Redmond ini justru menggelontorkan gaji hingga Rp 6 miliar per tahun untuk merekrut insinyur AI. (REUTERS/Mike Blake)

Microsoft kembali menjadi sorotan setelah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 9.000 karyawan pada awal Juli 2025, menyusul gelombang PHK sebelumnya yang membuat total karyawan yang terkena dampak sejak Januari mencapai 15.300 orang. 

Ironisnya, di saat ribuan karyawan dirumahkan, raksasa teknologi asal Redmond itu justru mengucurkan investasi besar-besaran untuk memperkuat divisi kecerdasan buatan (AI) dan merekrut talenta baru dengan gaji selangit.

Langkah ini bukan sekadar efisiensi, tetapi strategi restrukturisasi bisnis yang diakui langsung oleh CEO Microsoft Satya Nadella. “Kami sedang mendesain ulang cara perusahaan bekerja, berfokus pada AI dan solusi berbasis cloud untuk masa depan,” ungkap Nadella dalam sebuah pertemuan internal yang bocor ke media. 

Microsoft diketahui menggelontorkan dana hingga US$80 miliar atau sekitar Rp1.280 triliun untuk membangun pusat data AI baru, sekaligus memindahkan sebagian tim pengembang aplikasi Teams untuk mendukung proyek andalan mereka, Copilot.

Fokus ke AI terlihat jelas dari struktur gaji yang diungkap dokumen internal. Insinyur perangkat lunak yang bekerja khusus di divisi AI bisa mengantongi bayaran hingga US$377.611 per tahun atau setara Rp6,04 miliar, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata software engineer biasa yang berada di kisaran US$284.000 per tahun atau sekitar Rp4,5 miliar. 

Bahkan, gaji di divisi ini tercatat 34 persen lebih tinggi dibanding rata-rata gaji engineer di unit cloud Azure yang berada di kisaran US$220.716 per tahun atau Rp3,5 miliar.

Selain divisi AI, beberapa posisi dengan bayaran terbesar lainnya adalah Silicon Engineering yang bisa menyentuh US$275.000 per tahun (Rp4,4 miliar), Data Science hingga US$274.500 (Rp4,47 miliar), Hardware Engineering US$270.641 (Rp4,41 miliar), serta Data Engineering yang mencapai US$264.000 (Rp4,3 miliar). 

Angka ini hanya gaji pokok, belum termasuk bonus retensi, saham, dan fasilitas lain yang nilainya bisa mencapai ratusan ribu dolar per individu per tahun.

Namun, strategi ini juga menimbulkan gejolak di internal. Banyak karyawan lama, khususnya di divisi penjualan tradisional, harus angkat koper karena posisinya digantikan oleh solution engineers yang lebih paham teknologi AI. 

Seorang mantan manajer penjualan Microsoft yang kini aktif di LinkedIn menilai langkah ini akan mengubah wajah tenaga kerja teknologi global. 

“Perusahaan-perusahaan besar seperti Microsoft kini lebih menghargai kemampuan teknis dan otomatisasi dibanding relasi tradisional. Mereka yang tak beradaptasi akan tersingkir,” katanya.

Fenomena serupa juga terjadi di raksasa teknologi lain seperti Meta, Google, dan Amazon. Ketiganya melakukan PHK puluhan ribu karyawan sejak 2024 sambil meningkatkan investasi di bidang AI, baik untuk produk maupun efisiensi operasional. 

Meta misalnya, dilaporkan menghemat lebih dari US$500 juta hanya dengan mengalihkan layanan pelanggan ke sistem AI di call center.

Pengamat industri teknologi dari Stanford Digital Economy Lab, Martin Reynolds, menyebut tren ini sebagai “Great AI Reshuffle” atau perombakan besar-besaran akibat AI. 

“Microsoft bukan hanya mengurangi beban biaya. Mereka sedang mempersiapkan diri menghadapi era di mana AI menjadi mesin utama pertumbuhan, meski dengan risiko sosial berupa hilangnya ribuan pekerjaan konvensional,” ujarnya.

Bagi banyak analis, langkah Microsoft ini menjadi sinyal bahwa lanskap pekerjaan di industri teknologi akan semakin bergeser. Profesi dengan kemampuan teknis tinggi, terutama di bidang AI, data, dan infrastruktur digital, akan mendominasi, sementara pekerjaan yang sifatnya repetitif atau berbasis interaksi manual akan semakin tergerus. 

Dokumen internal Microsoft bahkan menyebut, pada 2030, lebih dari 40 persen pekerjaan non-teknis di perusahaan tersebut akan digantikan oleh sistem berbasis AI.

Dengan PHK besar-besaran yang diimbangi perekrutan talenta AI bergaji super, Microsoft tampaknya sedang menegaskan arah barunya. 

Dunia kerja teknologi akan makin kompetitif, dan mereka yang tidak meningkatkan kemampuan teknis berisiko menjadi korban berikutnya dalam gelombang restrukturisasi global yang didorong revolusi AI.

Berikut 35 daftar gaji pokok tahunan karyawan Microsoft 2024, diurutkan dari yang paling rendah hingga tertinggi (hanya gaji pokok, belum termasuk bonus, saham, dan tunjangan):

Technical Support Engineering: US$80.371–176.606 (±Rp1,31–2,88 miliar)

Software Engineering: US$82.971–284.000 (±Rp1,35–4,63 miliar)

Research, Applied and Data Sciences: US$85.821–208.800 (±Rp1,40–3,40 miliar)

Financial Analysis: US$91.100–213.800 (±Rp1,49–3,49 miliar)

Business Program Management: US$102.380–195.100 (±Rp1,67–3,18 miliar)

Product Marketing: US$113.350–213.200 (±Rp1,85–3,47 miliar)

Technical Support Advisory: US$114.290–153.984 (±Rp1,86–2,51 miliar)

Data Center Operations Management: US$115.000–176.900 (±Rp1,87–2,88 miliar)

Silicon Engineering: US$116.334–275.000 (±Rp1,90–4,48 miliar)

Business Planning: US$117.200–201.900 (±Rp1,91–3,29 miliar)

Technical Program Management: US$120.900–238.000 (±Rp1,97–3,88 miliar)

Data Science: US$121.200–274.500 (±Rp1,97–4,47 miliar)

Cloud Network Engineering: US$122.700–220.716 (±Rp2,00–3,60 miliar)

Product Management: US$122.800–250.000 (±Rp2,00–4,08 miliar)

Customer Solutions Architecture: US$122.730–225.000 (±Rp2,00–3,67 miliar)

Cloud Solution Architecture: US$130.000–207.285 (±Rp2,12–3,38 miliar)

Service Engineering: US$130.080–182.500 (±Rp2,12–2,98 miliar)

Supply Planning: US$131.300–193.270 (±Rp2,13–3,15 miliar)

Data Analytics: US$132.385–205.000 (±Rp2,16–3,34 miliar)

Site Reliability Engineering: US$135.100–236.670 (±Rp2,20–3,86 miliar)

Hardware Engineering: US$136.000–270.641 (±Rp2,22–4,41 miliar)

UX Research: US$138.560–177.148 (±Rp2,26–2,89 miliar)

Electrical Engineering: US$138.995–247.650 (±Rp2,27–4,03 miliar)

Customer Experience Program Management: US$141.865–201.508 (±Rp2,31–3,29 miliar)

Solution Area Specialists: US$144.000–209.300 (±Rp2,35–3,41 miliar)

Data Engineering: US$144.855–264.000 (±Rp2,36–4,30 miliar)

Research Sciences: US$146.054–208.000 (±Rp2,38–3,39 miliar)

Demand Planning: US$147.000–204.550 (±Rp2,39–3,33 miliar)

Construction Project Management: US$150.000–193.690 (±Rp2,45–3,16 miliar)

Digital Cloud Solution Architecture: US$155.085–217.589 (±Rp2,53–3,55 miliar)

Business Analytics: US$159.300–191.580 (±Rp2,59–3,12 miliar)

Technology Specialists: US$168.800–200.000 (±Rp2,75–3,26 miliar)

Customer Experience Engineering: US$126.422–239.585 (±Rp2,06–3,91 miliar)

Applied Sciences: US$127.200–261.103 (±Rp2,07–4,25 miliar)

Product Design: US$125.100–208.058 (±Rp2,04–3,39 miliar)