Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyerukan persatuan negara-negara Muslim untuk menghadapi dominasi Israel, menyinggung upaya Zionis memecah belah umat Islam. (Press TV)

Presiden Iran Masoud Pezeshkian kembali menghidupkan isu persatuan dunia Islam dengan menyinggung langsung ancaman rezim Zionis Israel dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Dalam Negeri Pakistan, Mohsin Naqvi, di Teheran, Senin malam (14/7/2025). 

Momen ini menjadi sinyal kuat bahwa Iran tengah mengonsolidasikan dukungan regional pasca-konflik bersenjata melawan Israel yang meletus Juni lalu.

Dalam pernyataannya, Pezeshkian menegaskan pentingnya kesatuan negara-negara Muslim sebagai satu-satunya cara efektif untuk menghadapi dominasi Israel di kawasan. 

Menurut dia, “rezim Zionis tumbuh subur dengan menciptakan perpecahan dan melakukan ketidakadilan dalam masyarakat Islam.” Ia bahkan menyebut bahwa agenda utama Israel adalah “melemahkan dan memecah belah umat Muslim.”

Pezeshkian juga menyoroti peran penting Pakistan sebagai mitra strategis dalam konstelasi dunia Islam. Ia mengapresiasi dukungan negara itu selama konflik bersenjata 12 hari antara Iran dan Israel pada Juni 2025. 

“Potensi perluasan kerja sama antara kedua negara kita sangat signifikan, dan Republik Islam Iran sepenuhnya siap memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat hubungan dan meningkatkan efektivitas interaksi kita,” ujar Pezeshkian.

Konflik Iran-Israel sendiri dimulai pada 13 Juni, setelah Israel melancarkan serangan udara ke beberapa situs nuklir dan fasilitas militer Iran, termasuk menewaskan ilmuwan senior dan komandan IRGC. 

Serangan tersebut memicu respons keras dari Teheran yang membalas dengan menghantam pangkalan militer AS di Qatar. AS kemudian secara terbuka menyatakan dukungan kepada Israel dan ikut meluncurkan serangan udara ke infrastruktur nuklir Iran.

Berdasarkan data resmi, setidaknya 1.060 warga Iran tewas dalam perang tersebut, namun Human Rights Activists (HRA) melaporkan angka korban mencapai 1.190 jiwa. 

Di sisi lain, Israel kehilangan 30 tentara dan mengalami lebih dari 3.200 korban luka. Ribuan warga sipil di kedua negara harus mengungsi, sementara sebagian besar infrastruktur nuklir Iran mengalami kerusakan berat.

Pakistan termasuk negara yang secara terbuka menyatakan solidaritas dengan Iran di forum internasional. Dalam pidatonya di PBB, delegasi Pakistan menyebut serangan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional. 

“Pakistan berdiri dalam solidaritas teguh dengan rakyat Iran,” bunyi pernyataan resminya.

Narasi Iran ini menambah babak baru dalam geopolitik Timur Tengah, dengan fokus utama pada konsolidasi negara-negara Islam di tengah meningkatnya tekanan dari Israel dan sekutunya. Meski belum ada langkah konkret pasca pertemuan itu, pernyataan Pezeshkian jelas diarahkan untuk memperkuat posisi Iran di mata negara-negara Muslim lainnya.

Pezeshkian menutup dengan peringatan bahwa tanpa solidaritas nyata, dunia Islam akan terus menjadi sasaran eksploitasi dan kekerasan yang berulang. 

Pesannya tegas: “Jika pemerintah dan komunitas Muslim menyadari pentingnya persatuan umat Islam, mereka dapat secara efektif bersatu melawan rezim Zionis.”

Dengan suhu kawasan yang masih panas pasca-konflik, Iran tampaknya tidak hanya ingin pulih secara militer, tapi juga ingin tampil sebagai penggerak utama solidaritas Islam di tengah kompleksitas geopolitik yang kian tajam.