![]() |
Sebanyak 10 negara menguasai 83% cadangan gas dunia. Rusia unggul jauh, dan gas kini jadi senjata baru dalam pertarungan geopolitik global. (AFP/Joerg Sarbach) |
Sebanyak 10 negara kini menguasai 83% dari total proven natural gas reserves di dunia, menjadikan mereka pemain utama dalam lanskap energi global. Data terbaru dari U.S. Energy Information Administration (EIA) mengungkap bahwa dominasi energi ini tak hanya soal kekayaan sumber daya, tapi juga kekuatan geopolitik yang semakin menentukan arah ekonomi dunia.
Proven reserves merujuk pada jumlah gas alam yang secara ekonomi layak diekstraksi dengan teknologi saat ini dan berdasarkan harga pasar saat ini.
Artinya, angka ini bukan sekadar potensi, tapi betul-betul siap untuk diproduksi kapan saja, menjadikannya instrumen strategis dalam ketahanan energi global.
Rusia menempati posisi puncak dengan cadangan terbukti gas alam terbesar di dunia. Negeri Beruang Merah ini mencatatkan jumlah yang 40% lebih banyak dibandingkan Iran yang berada di posisi kedua, dan hampir tiga kali lipat dibandingkan Amerika Serikat.
Dominasi ini mempertegas posisi Rusia sebagai raksasa energi global, terutama di tengah ketegangan geopolitik yang kian meningkat.
Sementara itu, sejumlah negara lain juga tercatat sebagai pemegang cadangan gas alam yang cukup signifikan.
Daftar 10 negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia
Meski secara geografis tersebar, namun mayoritas dari negara-negara ini memiliki posisi strategis dalam rantai pasok energi global.
“Negara-negara dengan cadangan gas alam terbukti besar akan selalu memiliki leverage tinggi dalam percaturan global. Mereka bisa mengatur volume ekspor, harga, hingga alokasi pasar. Rusia dan Iran misalnya, sudah sejak lama menjadikan gas sebagai instrumen diplomasi,” ujar pakar energi dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Edi Santoso.
Kontribusi besar dari 10 negara ini terhadap 83% cadangan gas global menandakan tingginya ketergantungan dunia pada negara-negara tertentu.
Ketika salah satu dari mereka mengalami gejolak politik, sanksi ekonomi, atau bahkan perang, dampaknya bisa langsung terasa pada harga energi internasional.
Kondisi ini juga memperkuat narasi bahwa masa depan energi dunia belum bisa lepas dari bahan bakar fosil, khususnya gas alam.
Meski transisi energi menuju sumber terbarukan sedang didorong di berbagai belahan dunia, kenyataan di lapangan menunjukkan gas masih menjadi andalan dalam bauran energi banyak negara.
Dengan posisi cadangan yang demikian terkonsentrasi, pasar energi dunia ke depan dipastikan akan tetap sensitif terhadap dinamika internal negara-negara penghasil utama.
Ketegangan di Laut Kaspia, krisis di Teluk Persia, atau konflik di kawasan Amerika Selatan bisa saja memicu gejolak pasokan yang berujung pada lonjakan harga di pasar global.
Data EIA ini menegaskan kembali bahwa siapa yang menguasai energi, dia mengendalikan dunia. Dan dalam konteks gas alam, kekuatan itu kini berada di tangan 10 negara yang hanya mewakili sebagian kecil populasi global, namun mengendalikan mayoritas pasokan energi yang dibutuhkan dunia.
0Komentar