Sebanyak 11 aplikasi populer di Indonesia, termasuk Waze dan Moovit, diduga terhubung dengan jaringan intelijen Israel. (@thegrayzone)

Sebanyak 11 aplikasi populer yang digunakan jutaan warga Indonesia ternyata diketahui memiliki keterkaitan dengan jaringan militer dan intelijen Israel. Temuan ini memicu kekhawatiran akan kebocoran data pribadi serta potensi penyalahgunaan informasi pengguna di Indonesia.

Menurut laporan TechTrends yang dihimpun dari berbagai sumber, sebagian aplikasi ini didirikan atau dikelola oleh individu yang memiliki latar belakang di Unit 8200, unit siber Mamram, hingga pejabat militer Israel (IDF). 

berikut daftar aplikasi-aplikasi populer yang ramai di-download dan terkait dengan militer Israel, menurut tabel yang dihimpun TechTrends:

Waze – Aplikasi peta digital populer, didirikan oleh mantan engineer Unit 8200, unit intelijen siber Israel.

Moovit – Aplikasi pemetaan transportasi umum, dibangun oleh mantan personel unit siber Mamram.

Supersonic – Aplikasi hiburan, CEO-nya pernah memimpin operasional untuk Angkatan Darat Israel.

ZipoApps – Pengembang berbagai aplikasi utilitas, didirikan oleh mantan agen intelijen Unit 8200.

Bazaart – Aplikasi edit foto kreatif, diciptakan oleh mantan pejabat intelijen militer Israel (IDF).

Lightricks – Aplikasi pengeditan foto dan video populer, salah satu pendirinya masih bekerja di Unit 8200.

Playtika – Pengembang game mobile, didirikan oleh anak mantan kepala staf Angkatan Bersenjata Israel.

Crazy Labs – Studio game global, semua pendirinya dilaporkan masih memiliki keterkaitan dengan IDF.

CallApp – Aplikasi identifikasi dan pemblokir panggilan, pendirinya pernah bekerja tiga tahun di Unit 8200.

Gett – Aplikasi transportasi online, diciptakan oleh mantan pejabat Unit 8200.

Fooducate – Aplikasi gaya hidup dan nutrisi, didirikan oleh mantan pilot Angkatan Udara Israel.

Ahmad Rizky, pakar keamanan siber dari Universitas Indonesia, menyebut temuan ini bisa menjadi ancaman serius. 

“Sebagian aplikasi ini sudah menjadi bagian dari kehidupan digital masyarakat Indonesia. Jika data pengguna dikumpulkan dan dianalisis, risikonya bisa meluas ke aspek politik dan ekonomi,” ujarnya, Minggu (20/7).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan tengah memverifikasi temuan ini bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). 

“Jika terbukti ada pelanggaran perlindungan data, aplikasi-aplikasi tersebut bisa diblokir atau dicabut izin operasionalnya,” kata Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, Rudi Suryanto.

Hingga kini, pemerintah belum merilis daftar resmi aplikasi yang akan dikenai sanksi, namun para pakar mendesak agar langkah cepat diambil. 

Dengan lebih dari 210 juta pengguna internet di Indonesia, kebocoran data skala besar bisa merugikan perekonomian hingga triliunan rupiah dan membuka celah intervensi asing dalam ranah digital nasional.