Daftar profesi dengan interaksi publik tinggi dan risiko otomatisasi rendah. Pekerjaan ini dinilai paling tahan dari ancaman AI, bahkan hingga dekade mendatang. (Apluswire)

Gelombang otomatisasi yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI) sudah mulai terasa di dunia kerja. Di sejumlah sektor, pekerjaan rutin mulai digantikan sistem cerdas. Namun, tidak semua profesi bernasib sama. Ada sejumlah bidang kerja yang justru nyaris tak tersentuh oleh mesin, dan kuncinya terletak pada satu hal: interaksi manusia.

Pekerjaan yang menuntut empati, komunikasi kompleks, dan pengambilan keputusan situasional terbukti lebih tahan dari risiko digantikan AI. 

Di tengah tren transformasi digital yang makin kencang, profesi-profesi inilah yang dinilai masih punya masa depan panjang karena aspek manusianya terlalu kuat untuk diotomatiskan.

Berikut daftar lengkap 10 profesi paling tahan terhadap otomatisasi:

1. Teknisi medis darurat – Interaksi Publik: 100%, Risiko Otomatisasi: 7%

2. Pekerja sosial kesehatan – Interaksi Publik: 100%, Risiko Otomatisasi: 11%

3. Supervisor lini pertama untuk pekerja konstruksi & ekstraksi – Interaksi Publik: 79%, Risiko Otomatisasi: 17%

4. Manajer layanan medis & kesehatan – Interaksi Publik: 90%, Risiko Otomatisasi: 26%

5. Manajer SDM – Interaksi Publik: 83%, Risiko Otomatisasi: 26%

6. Spesialis pelatihan & pengembangan – Interaksi Publik: 58%, Risiko Otomatisasi: 29%

7. Pengacara – Interaksi Publik: 100%, Risiko Otomatisasi: 29%

8. Pekerja pemeliharaan & perbaikan – Interaksi Publik: 72%, Risiko Otomatisasi: 35%

9. Manajer umum & operasional – Interaksi Publik: 80%, Risiko Otomatisasi: 36%

10. Supervisor lini pertama untuk pekerja pendukung administrasi – Interaksi Publik: 82%, Risiko Otomatisasi: 50%

Kehadiran pengacara dalam daftar ini cukup menarik. Meski beberapa firma hukum mulai mengandalkan AI untuk menyortir dokumen dan membuat kontrak, proses advokasi, negosiasi, dan pertimbangan moral masih memerlukan manusia. Interaksi publik di profesi ini juga menyentuh 100%, memperkuat daya tahannya.

Menurut Dr. Siti Rahmawati, pakar transformasi digital dari Universitas Indonesia, “AI akan menggantikan tugas, bukan profesi. Yang tergantikan adalah pekerjaan yang repetitif dan terstruktur, bukan yang berbasis empati dan interaksi sosial.” 

Ia menambahkan bahwa profesi dengan kombinasi komunikasi intensif dan pengambilan keputusan kompleks masih jadi wilayah yang sepenuhnya dikuasai manusia.

Pekerja pemeliharaan dan perbaikan juga bertahan karena lingkup kerjanya sering tidak bisa diprediksi. Misalnya, memperbaiki AC rusak di gedung bertingkat yang perlu penyesuaian real-time dengan kondisi di lapangan. Dengan interaksi publik 72% dan risiko otomatisasi 35%, pekerjaan ini masih sangat manusiawi.

Secara garis besar, tren ini memberi arah baru bagi generasi muda dan pencari kerja. Di era yang semakin digital, memilih profesi bukan lagi soal gengsi atau gaji besar semata. 

Faktor keberlanjutan dan ketahanan terhadap teknologi justru makin penting. Jika pekerjaan Anda menuntut interaksi sosial tinggi, pemikiran taktis, dan keputusan situasional, maka Anda masih aman dari ancaman AI.