Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping berbincang saat mereka meninggalkan pertemuan bilateral di Bandara Internasional Gimhae, di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Busan, Korea Selatan, pada 30 Oktober 2025. | REUTERS/Evelyn Hockstein

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping berbicara melalui telepon pada Senin pagi waktu Washington, membahas isu Taiwan, negosiasi perdagangan, dan perkembangan perang Ukraina. 

Panggilan tersebut berlangsung hampir sebulan setelah keduanya bertemu langsung di Busan, Korea Selatan, dalam rangkaian diplomasi yang berupaya meredakan ketegangan bilateral.

Menurut kantor berita resmi Tiongkok Xinhua, Xi menyebut bahwa kembalinya Taiwan ke daratan Tiongkok merupakan bagian penting dari tatanan internasional pasca-Perang Dunia II. 

Pernyataan itu disampaikan saat Beijing menghadapi ketegangan terburuk dengan Jepang dalam beberapa tahun terakhir, menyusul komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang mengisyaratkan kemungkinan respons militer Jepang apabila China melancarkan serangan terhadap Taiwan.

Kementerian Luar Negeri China menjelaskan bahwa kedua negara (China dan AS) pernah berada pada satu barisan melawan fasisme dan militerisme, sehingga menurut Xi, “harus bersama-sama menjaga kemenangan Perang Dunia II.” Di sisi lain, Gedung Putih membenarkan adanya panggilan telepon tersebut namun tidak merinci isi pembicaraan.

Ketegangan antara Beijing dan Tokyo meningkat sejak pertengahan November ketika China memanggil Duta Besar Jepang untuk menyampaikan protes keras. Pemerintah China juga mengeluarkan peringatan perjalanan, pembatasan film Jepang, hingga larangan impor makanan laut dari negara tersebut.

Pembahasan lisensi rkspor rare earth

Dalam percakapan yang sama, Trump dan Xi turut membahas kelanjutan negosiasi perdagangan setelah kedua pihak menyepakati gencatan senjata di Busan pada 30 Oktober. 

Berdasarkan kesepakatan itu, Washington menurunkan tarif barang-barang China sebesar 10 poin persentase menjadi 29,3 persen, sementara Beijing mencabut pembatasan ekspor rare earth dan kembali membeli kedelai dari AS.

Namun, para negosiator belum mencapai kata sepakat mengenai mekanisme general license untuk ekspor rare earth dan mineral kritis. Tenggat yang ditetapkan kedua negara jatuh pada akhir November. Laporan media AS menyebutkan bahwa isu pembelian kedelai, akses pasar, serta aturan ekspor mineral masih menjadi titik pembahasan intensif.

“Pembahasan terus berlanjut dan kami bekerja untuk memastikan implementasi yang jelas dan dapat diprediksi,” ujar seorang pejabat AS yang mengetahui proses negosiasi, dikutip dari laporan media setempat.

Dorongan Diplomasi untuk Perang Ukraina

Selain Asia Timur, perang Rusia–Ukraina turut menjadi pokok pembahasan. Xi kembali menyampaikan dukungan terhadap seluruh upaya yang dapat mempersempit perbedaan posisi pihak-pihak yang bertikai. Trump, dalam beberapa pekan terakhir, mendorong Ukraina untuk menerima kerangka perdamaian yang sedang disusun bersama AS.

Pembicaraan lanjutan di Jenewa pada akhir pekan lalu disebut menghasilkan “kemajuan signifikan” terkait rancangan refined peace plan, menurut pejabat yang terlibat dalam proses tersebut. 

Washington dan Kyiv sebelumnya mengumumkan bahwa perundingan intensif masih berlangsung untuk menyempurnakan proposal yang akan diajukan kepada Moskwa.

“Diskusi hari ini fokus pada elemen inti yang dapat membuka jalan bagi pengurangan eskalasi,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS dalam keterangannya.