Recep Tayyip Erdoğan, Presiden Turki. | Instagram/@rterdogan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak komunitas internasional untuk menunjukkan “kehendak yang tegas, konsisten, dan mampu memberikan sanksi” guna menghentikan tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gaza. 

Seruan itu ia sampaikan kepada wartawan dalam perjalanan pulang dari KTT G20 di Afrika Selatan, Minggu, di tengah meningkatnya pelanggaran gencatan senjata dan memburuknya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

Pernyataan Erdogan muncul setelah gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat mulai berlaku pada 10 Oktober. Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, Israel disebut telah melanggar kesepakatan itu hampir 500 kali dalam 44 hari, menewaskan setidaknya 342 warga sipil. 

Pada Sabtu, serangan Israel menewaskan 24 warga Palestina di sejumlah lokasi di Gaza. Kantor Perdana Menteri Israel menyebut operasi tersebut menargetkan anggota senior Hamas menyusul serangan terhadap tentara Israel, sebagaimana diberitakan Al Jazeera, Reuters, dan Times of Israel.

Di sisi lain, hujan deras pada 14 November memperparah kondisi di kantong Palestina itu. Ribuan tenda hancur dan lebih dari 13.000 keluarga terdampak banjir di lokasi pengungsian, berdasarkan laporan OCHA dan UNICEF. 

Badan-badan PBB menyebutkan bahwa kurang dari 60.000 tenda telah masuk ke Gaza sejak September, jauh dari kebutuhan populasi pengungsi.

Erdogan mengatakan musim dingin membuat akses bantuan menjadi semakin mendesak. Ia menyebut ketentuan gencatan senjata mewajibkan 600 truk bantuan masuk setiap hari, namun realisasinya hanya sekitar 150 truk. 

“Musim dingin mulai terasa di wilayah tersebut,” ujar Erdogan, seperti dilaporkan Anadolu Agency. “Memastikan akses bantuan kemanusiaan adalah kebutuhan yang tidak dapat ditunda.”

Turki, anggota NATO yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata Gaza bersama Mesir dan Qatar, menjadi salah satu penjamin kesepakatan yang ditandatangani di Kairo. Reuters melaporkan bahwa Erdogan turut membujuk Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut. Turki kini duduk dalam gugus tugas internasional yang memonitor implementasi gencatan senjata.

Dalam pernyataan lainnya, Erdogan mengatakan Ankara masih mengevaluasi kemungkinan mengirim pasukan keamanan ke Pasukan Stabilisasi Internasional yang diotorisasi PBB untuk Gaza. Israel sebelumnya menyatakan keberatan atas keterlibatan Turki dalam misi tersebut. 

“Kami sedang menelaah opsi pengerahan,” ujar Erdogan dalam keterangannya, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News.

Erdogan juga menegaskan kesiapan Turki menjadi mediator dalam konflik Rusia–Ukraina. Ia menyebut akan berkomunikasi dengan Presiden Vladimir Putin untuk membahas upaya menghidupkan kembali pembicaraan damai.