Mobil listrik China menguasai 20% pasar Eropa meski Uni Eropa mengenakan tarif tinggi. Produsen seperti BYD dan MG memanfaatkan celah lewat model hybrid. (Ji Haixin/China Daily)

Kendaraan listrik asal China menguasai lebih dari 20 persen pasar mobil listrik berbasis baterai (EV) di Uni Eropa sepanjang 2024, dengan harga hingga 40 persen lebih murah dibandingkan model buatan Eropa. 

Peningkatan tajam ini terjadi meskipun blok tersebut telah memberlakukan tarif tinggi terhadap impor mobil listrik dari China sejak lebih dari setahun lalu.

Langkah ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri otomotif Eropa yang menghadapi ancaman kehilangan pangsa pasar dan potensi kerugian miliaran dolar. 

“Produsen China dipandang lima tahun lebih maju dibandingkan rekan-rekan Barat mereka dalam teknologi kendaraan listrik,” tulis laporan Bernstein, mengutip pandangan pelaku industri otomotif.

Celah tarif ditembus lewat hybrid

Uni Eropa mulai menerapkan bea masuk imbalan hingga 35,3 persen terhadap kendaraan listrik China pada Oktober 2024, di luar tarif impor standar 10 persen. Namun sejumlah produsen China seperti BYD dan SAIC memanfaatkan celah hukum dengan beralih memasarkan model plug-in hybrid, yang hanya dikenai tarif dasar 10 persen.

Menurut Electrive, BYD mencatatkan lebih dari 20.000 unit plug-in hybrid di Eropa pada paruh pertama 2025, naik tiga kali lipat dibandingkan sepanjang 2024. Sementara itu, merek MG milik SAIC meningkatkan pendaftaran model hybrid ketika penjualan kendaraan listrik murni turun 60 persen.

Pada September 2025, merek China mencatat rekor 7,4 persen pangsa penjualan mobil penumpang di seluruh Eropa, melampaui produsen Korea Selatan untuk pertama kalinya. Penjualan BYD melonjak 272 persen di kawasan Uni Eropa, sementara Tesla turun 10,5 persen.

Industri Eropa tersudut

Tekanan kompetitif dari produsen China membuat industri otomotif Eropa menghadapi penyesuaian besar. Konsultan AlixPartners memperingatkan Eropa memiliki hingga delapan pabrik berlebih pada 2030 jika tren ini berlanjut, dengan potensi kehilangan penjualan satu hingga dua juta unit mobil setiap tahun.

Volkswagen dan Stellantis telah menghentikan produksi sementara di sejumlah fasilitas karena penurunan permintaan. Pada Oktober, Volkswagen menangguhkan operasi di pabrik EV-nya di Jerman, sedangkan Stellantis menutup enam pabrik di Eropa selama 5–14 hari.

Di sisi pemasok, Bosch dan ZF Friedrichshafen mengumumkan pengurangan lebih dari 20.000 karyawan akibat penurunan produksi. Sepanjang paruh pertama 2025, industri otomotif Eropa telah mencatat 22.000 pemutusan hubungan kerja.

UE masih terbelah

Negosiasi antara Uni Eropa dan China untuk menetapkan harga minimum impor EV disebut telah memasuki tahap akhir, namun belum mencapai kesepakatan. Komisaris Perdagangan UE Maros Sefcovic menegaskan, harga minimum harus “seefektif dan dapat ditegakkan” seperti tarif yang berlaku saat ini.

Perbedaan pandangan antaranggota memperumit posisi blok tersebut. Sepuluh negara mendukung kebijakan tarif, lima menentang, termasuk Jerman, sementara dua belas negara lainnya memilih abstain. 

Berlin menilai kebijakan tarif berisiko memicu pembalasan dari Beijing yang dapat merugikan produsen mobil Jerman, mengingat lebih dari 30 persen penjualan global mereka berasal dari pasar China.

Sementara itu, produsen China terus memperluas kehadiran di Eropa. BYD tengah membangun pabrik di Szeged, Hungaria, yang direncanakan beroperasi pada 2026 dengan kapasitas 300.000 kendaraan per tahun, langkah yang dipandang dapat menghindari dampak tarif Uni Eropa.