![]() |
| Laba Honda turun 37% akibat tarif AS dan krisis chip global yang memukul produksi di Meksiko serta menekan proyeksi laba tahunan ke ¥300 miliar. (Wikimedia Commons) |
Honda Motor Co. mencatat penurunan laba bersih sebesar 37% untuk periode enam bulan yang berakhir pada September 2025, terdampak oleh tarif tinggi dari pemerintahan Donald Trump dan gangguan pasokan semikonduktor yang memaksa penghentian produksi di pabrik utama Meksiko.
Dalam laporan keuangannya, Jumat (7/11), produsen otomotif asal Jepang itu melaporkan laba bersih sebesar ¥311,8 miliar (sekitar US$2 miliar), turun dari ¥494,6 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Honda juga memangkas proyeksi laba tahun penuh menjadi ¥300 miliar, turun 64% dibanding tahun fiskal sebelumnya dan lebih rendah dari target awal ¥420 miliar.
Perusahaan menyebut tarif impor kendaraan yang diterapkan Amerika Serikat memberikan beban signifikan terhadap kinerja keuangan. Sepanjang April–September, dampak tarif mencapai ¥164 miliar (sekitar US$1,1 miliar) terhadap laba operasional. Pemerintahan Trump sebelumnya menaikkan tarif kendaraan Jepang menjadi 27,5% sebelum menurunkannya kembali ke 15% pada September.
“Honda menyesuaikan perkiraan dampak tarif sepanjang tahun menjadi ¥385 miliar, dari sebelumnya ¥450 miliar,” tulis perusahaan dalam pernyataan resminya, dikutip dari Morningstar.
Selain beban tarif, Honda juga menghadapi krisis pasokan chip global yang menyebabkan penghentian operasi di pabrik Celaya, Meksiko, sejak 28 Oktober. Fasilitas tersebut memproduksi model SUV HR-V dan mencatat output lebih dari 190 ribu unit pada 2024.
Penangguhan ini dipicu oleh ketegangan antara Belanda dan China terkait pengambilalihan produsen chip Nexperia oleh pemerintah Belanda atas alasan keamanan nasional. China sempat membalas dengan membatasi ekspor chip dari Nexperia, yang menjadi pemasok penting bagi Honda.
China mencabut larangan ekspor itu pada 6 November setelah pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping, meski Honda memperkirakan pemulihan pasokan baru terjadi antara 17–21 November.
“Kami mengantisipasi produksi kembali normal dalam dua pekan mendatang,” ujar Wakil Presiden Eksekutif Honda, Noriya Kaihara, dikutip.
Perusahaan memperkirakan gangguan semikonduktor ini akan memangkas laba tahunan penuh hingga ¥150 miliar. Secara total, pendapatan konsolidasi Honda selama April–September tercatat ¥10,63 triliun, turun 1,5% dari tahun sebelumnya. Laba operasi turun 41% menjadi ¥438,1 miliar.
Penjualan kendaraan global juga menurun 5,6% menjadi 1,68 juta unit, dipicu penurunan di Jepang, Asia, dan Eropa meski pasar Amerika Utara masih tumbuh. Honda tetap mempertahankan dividen interim sebesar ¥35 per saham.
Di sisi lain, perusahaan juga mencatat adanya beban satu kali (one-time cost) terkait penyesuaian strategi kendaraan listrik (EV). Target penjualan EV global pada 2030 direvisi dari 30% menjadi 20%, sejalan dengan langkah efisiensi di tengah tekanan pasar global.

0Komentar