Ledakan beruntun mengguncang ibu kota India dan Pakistan dalam waktu kurang dari satu hari, menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai puluhan lainnya. Insiden ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan antara dua negara bersenjata nuklir yang memiliki sejarah panjang konflik.
Ledakan pertama terjadi pada Senin (10/11) sore di dekat Benteng Merah, situs bersejarah di pusat New Delhi. Polisi mengatakan, sebuah mobil Hyundai i20 meledak dan menewaskan sedikitnya delapan orang serta melukai lebih dari 20 orang lainnya. Otoritas India menduga ledakan itu berasal dari bom berbasis amonium nitrat.
Keesokan harinya, pada Selasa (11/11) sore, seorang pengebom bunuh diri meledakkan diri di luar gedung pengadilan distrik Islamabad, Pakistan. Menteri Dalam Negeri Pakistan Mohsin Naqvi mengonfirmasi sedikitnya 12 orang tewas dan 27 luka-luka akibat serangan tersebut.
Penyidikan teror dan kaitan lintas negara
Badan Investigasi Nasional India (NIA) telah mengambil alih penyelidikan di Delhi dan menerapkan Undang-Undang Pencegahan Aktivitas Melanggar Hukum (Unlawful Activities Prevention Act).
Polisi menyebutkan, ledakan itu terjadi hanya beberapa jam setelah penangkapan sejumlah individu, termasuk seorang dokter, serta penyitaan 2.900 kilogram bahan peledak yang diduga terkait jaringan militan Jaish-e-Mohammed berbasis di Pakistan.
“Kami masih menunggu hasil uji forensik untuk memastikan jenis bahan peledak dan metode yang digunakan,” ujar juru bicara NIA dalam pernyataan resmi, dikutip dari The New Indian Express.
Di Islamabad, kelompok Jamaat-ul-Ahrar, faksi pecahan Taliban Pakistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan bunuh diri di pengadilan.
Dalam pernyataannya yang dikutip BBC, kelompok itu menyebut targetnya adalah “hakim dan pejabat yang menerapkan hukum yang tidak sesuai syariat Islam.” Namun, Taliban Pakistan membantah keterlibatan mereka.
Saling tuduh dan ancaman eskalasi
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif menuding proksi teroris yang didukung India berada di balik serangan Islamabad. “Kami tidak akan diam terhadap serangan yang menargetkan warga dan institusi kami,” ujarnya dalam konferensi pers di Lahore.
Kementerian Luar Negeri India menolak tudingan tersebut. “Klaim itu tidak berdasar dan tidak memiliki bukti apa pun,” kata juru bicara kementerian dalam keterangan tertulis.
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif menambahkan, negaranya kini berada “dalam keadaan perang” dan menuduh pemerintah Taliban Afghanistan memberi ruang bagi kelompok militan untuk beroperasi di wilayahnya.
Ketegangan pasca gencatan senjata
Ledakan ini terjadi enam bulan setelah gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat menghentikan pertempuran empat hari antara India dan Pakistan pada Mei 2025. Konflik itu dipicu oleh serangan militan di Kashmir yang menewaskan 26 turis, diikuti serangan rudal India ke wilayah Pakistan dalam operasi bernama Sindoor.
Seusai dua ledakan terbaru, otoritas India meningkatkan kewaspadaan di kota-kota besar termasuk Mumbai, sementara Pakistan memperketat penjagaan di gedung pemerintahan dan lembaga yudisial.
Kedua peristiwa ini kembali menyoroti rapuhnya stabilitas keamanan di Asia Selatan serta kerentanan hubungan India–Pakistan terhadap aksi kelompok militan yang beroperasi lintas batas.

0Komentar