Indonesia menargetkan swasembada beras dan energi pada 2026, didukung lonjakan produksi beras dan kesiapan Kilang Balikpapan yang akan menekan impor solar–avtur. | Istimewa

Indonesia bersiap mencapai dua target strategis sekaligus pada 2026: swasembada beras serta kemandirian energi untuk solar dan avtur. Komitmen itu disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/11/2025). 

Pemerintah menyebut capaian tersebut bergantung pada lonjakan produksi beras tahun ini dan percepatan penyelesaian proyek Kilang Balikpapan.

Produksi beras naik dua digit

Badan Pusat Statistik memperkirakan produksi beras nasional periode Januari–Desember 2025 mencapai 34,77 juta ton, atau naik 13,54 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Mentan Amran menyampaikan, jika tidak ada hambatan cuaca maupun gangguan distribusi, target swasembada beras akan tercapai pada akhir 2025.

“Khusus untuk beras, insya Allah tanggal 31 Desember jam 12.00, Indonesia swasembada pangan. Hitungan kami tinggal 30–40 hari lagi,” ujar Amran dalam keterangan usai rapat.

Stok Perum Bulog kini tercatat 3,8 juta ton, tertinggi dalam sejarah lembaga tersebut. Amran menjelaskan stok beras diproyeksikan mencapai 6 juta ton pada 2026, terdiri dari sekitar 3 juta ton sisa akhir tahun ini dan tambahan 3 juta ton dari panen raya Februari–April 2026. 

Bulog mulai membangun 100 gudang baru dengan anggaran Rp5 triliun dari APBN untuk mengantisipasi peningkatan produksi. Sebanyak 50 gudang ditargetkan beroperasi pada Maret 2026.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi sebelumnya menyebut pembangunan gudang dilakukan agar penyerapan hasil panen berjalan optimal dan tidak menimbulkan tekanan harga di tingkat petani. 

“Kami kebut fasilitas supaya distribusi aman dan kapasitas penyimpanan cukup,” kata Bayu dalam keterangan terpisah kepada media.

Kilang Balikpapan Masuki Tahap Akhir

Di sektor energi, pemerintah menargetkan impian swasembada solar dan avtur dapat terwujud setelah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan tuntas. Kilang dengan nilai investasi USD7,4 miliar ini dijadwalkan diresmikan pada 17 Desember 2025.

Unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) telah beroperasi sejak 10 November 2025 dan mulai menghasilkan produk berstandar Euro V. Bahlil menyebut operasional penuh kilang tersebut akan menutup kebutuhan impor solar mulai 2026.

“Kalau itu diresmikan, insya Allah tahun depan kita sudah tidak impor solar dan avtur. Kombinasi kilang dan program biodiesel B50 bisa menghasilkan over supply solar,” jelas Bahlil di Kompleks Istana Kepresidenan.

Kilang Balikpapan memiliki kapasitas 360.000 barel per hari dan diharapkan mampu memenuhi 22–25 persen kebutuhan BBM nasional. Sejumlah pejabat ESDM sebelumnya menjelaskan ke media bahwa stabilitas pasokan solar akan mendukung efisiensi fiskal, mengingat impor selama ini menekan neraca perdagangan dan subsidi energi.

Fokus daerah tetap ke pangan

Di tingkat daerah, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan pemerintah provinsi tetap memprioritaskan program swasembada pangan pada 2026 meski anggaran transfer pusat turun Rp1,52 triliun. Pernyataan itu disampaikan Luthfi saat penandatanganan KUA-PPAS APBD 2026 di Gedung Berlian DPRD Jateng, Kamis.

“Fokus tahun depan adalah swasembada pangan. Penyesuaian anggaran tidak mengubah prioritas,” kata Luthfi dalam forum tersebut.

Sejauh ini, pemerintah pusat dan daerah menyatakan target swasembada pangan dan energi akan berjalan paralel dengan penambahan fasilitas penyimpanan, perluasan lahan produksi, dan penguatan infrastruktur pendukung. 

Pemerintah menilai koordinasi lintas-sektor menjadi kunci agar lonjakan produksi beras dan operasional kilang dapat langsung menopang kebutuhan nasional tanpa gangguan distribusi.