![]() |
| Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat bersama Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan sejumlah anggota kabinet di Puncak Bukit Hambalang, Bogor, 16 Maret 2025. (Instagram/Bahlil Lahadalia) |
Presiden Prabowo Subianto memerintahkan percepatan 18 proyek hilirisasi strategis dengan total nilai investasi mencapai Rp600 triliun. Instruksi itu disampaikan dalam rapat terbatas di Istana Negara, Kamis (6/11/2025), yang dihadiri sejumlah menteri bidang ekonomi.
Proyek-proyek tersebut ditargetkan mulai dikerjakan pada 2026 setelah studi kelayakan (feasibility study/FS) rampung pada Desember tahun ini.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melaporkan bahwa seluruh proyek sudah diserahkan kepada Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara untuk penyempurnaan kajian.
“Kita akan selesaikan di tahun ini untuk semuanya dan di 2026 langsung pekerjaan di lapangan bisa berjalan,” ujar Bahlil usai rapat di Istana Negara.
Rapat terbatas itu juga dihadiri Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.
Bahlil menyebut, total investasi yang digarap melalui program hilirisasi ini diperkirakan menyerap sekitar 276.000 tenaga kerja dan mendorong substitusi impor di sejumlah sektor.
Fokus pada DME dan ekosistem baterai
Salah satu fokus utama dari program tersebut adalah proyek Dimethyl Ether (DME), yang ditujukan menggantikan konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG) impor. Bahlil menjelaskan, Indonesia masih mengimpor 6,5–7 juta ton LPG dari total konsumsi nasional sekitar 8,5 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri hanya 1,3 juta ton.
“Kalau proyek DME ini terealisasi, ketergantungan kita terhadap LPG impor bisa dikurangi secara signifikan,” kata Bahlil.
Selain DME, pemerintah juga menyiapkan studi kelayakan untuk proyek ekosistem baterai listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir. Menurut Bahlil, jika proyek tersebut berjalan, rantai pasok industri kendaraan listrik nasional bisa sepenuhnya berada di Indonesia.
Komposisi lintas sektor
Dari total 18 proyek yang dikaji, delapan berada di sektor mineral dan batu bara dengan nilai investasi sekitar US$20,1 miliar. Sementara itu, tiga proyek di sektor pertanian bernilai US$444 juta, tiga proyek kelautan dan perikanan US$1,08 miliar, dua proyek transisi energi US$2,5 miliar, dan dua proyek ketahanan energi US$14,5 miliar.
Sejumlah proyek besar yang tengah difinalkan antara lain pembangunan smelter aluminium di Mempawah, Kalimantan Barat, industri DME di enam lokasi termasuk Muara Enim dan Kutai Timur, serta pengembangan industri stainless steel berbasis nikel di Morowali.
Danantara ditargetkan menuntaskan seluruh kajian investasi pada awal Desember 2025. Sejumlah negara seperti China dan Korea Selatan dikabarkan telah menyatakan minat untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek hilirisasi, terutama yang terkait dengan teknologi DME dan baterai listrik.
Menurut laporan Kementerian Investasi, sebagian besar proyek akan dikembangkan di luar Pulau Jawa sebagai bagian dari strategi pemerataan ekonomi nasional. Namun, pemerintah masih perlu menuntaskan berbagai isu teknis seperti pembiayaan, lahan, dan dampak lingkungan sebelum tahap konstruksi dimulai tahun depan.

0Komentar