Dua pekerja PHR tengah melakukan peninjauan di salah satu lapangan pengeboran di wilayah kerja (WK) Rokan. | Humas PHR

PT Pertamina (Persero) mengumumkan penemuan cadangan migas non-konvensional sebesar 724 juta barel di Wilayah Kerja Rokan, Riau. Informasi tersebut disampaikan Wakil Direktur Utama Pertamina Oki Muraza dalam rapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (19/11/2025). 

Temuan ini merupakan yang terbesar bagi perusahaan dalam sepuluh tahun terakhir dan disampaikan beriringan dengan target setoran dividen Rp42,1 triliun kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara Danantara pada 2025.

Cadangan tersebut berasal dari pengeboran dua sumur migas non-konvensional (MNK) oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), yakni sumur Gulamo dan Kelok, yang dikembangkan bersama perusahaan energi Amerika Serikat EOG Resources. 

Temuan 724 juta barel itu baru berasal dari satu struktur pada formasi Brown Shale yang berada di cekungan Sumatera Tengah, sementara kajian awal menyebutkan potensi lebih luas di formasi lain seperti Lower Red Bed. Pemerintah melalui Kementerian ESDM sebelumnya telah meresmikan tajak sumur Gulamo sebagai proyek MNK pertama di blok Rokan.

Menurut perencanaan PHR, kedua sumur tersebut kini memasuki tahap appraisal untuk membuktikan nilai komersial reservoir sebelum masuk fase demonstration pada 2027–2028. 

PHR menyiapkan teknologi pengeboran horizontal dan multi-stage hydraulic fracturing untuk memaksimalkan aliran hidrokarbon dari batuan bercelah rendah. Pada sumur Gulamo saja, investasi lebih dari US$20 juta telah dialokasikan untuk pengeboran dan stimulasi awal.

Di sisi lain, proyek MNK membutuhkan proses panjang dan biaya besar karena karakter reservoir yang ketat. Kelayakan ekonomi bergantung pada keberhasilan evaluasi tahap appraisal, performa aliran migas, hingga pergerakan harga minyak. Meski begitu, potensi jangka panjangnya dinilai signifikan karena cadangan konvensional di WK Rokan terus menurun setelah puluhan tahun dieksploitasi.

Di bidang keuangan, Pertamina menyiapkan setoran dividen terbesar di antara seluruh BUMN tahun depan. Hingga September 2025, perusahaan telah menyetor Rp23 triliun kepada Danantara. 

Ketimpangan kontribusi dividen menjadi salah satu isu yang tengah dibahas secara nasional, karena 95 persen setoran BUMN hanya berasal dari delapan perusahaan, sementara lebih dari separuh BUMN masih mencatatkan rugi.

“Kita berhasil menemukan the largest discovery dalam 10 tahun terakhir. Ini adalah migas non-konvensional di WK Rokan dengan potensi mencapai 724 juta barel,” ujar Oki Muraza dalam rapat yang berlangsung di kompleks parlemen.

Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri menjelaskan bahwa kolaborasi dengan EOG Resources diperlukan untuk memastikan pengembangan MNK bisa mencapai permukaan secara optimal. 

“Sumur Gulamo DET-1 menjadi sumur MNK pertama di Indonesia yang membuktikan adanya aliran hidrokarbon sampai ke permukaan,” jelasnya.

Oki juga menyebutkan bahwa kontribusi Pertamina terhadap negara masih menjadi yang terbesar di antara BUMN. “Harapannya, setoran dividen kepada Danantara pada 2025 dapat mencapai Rp42,1 triliun,” tuturnya.

Dari pihak pengelola investasi negara, Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menyoroti masih timpangnya kontribusi BUMN terhadap dividen nasional. Ia menyebutkan bahwa 52 persen perusahaan BUMN masih merugi sehingga tidak bisa memberikan setoran berarti.