Pasar Jepang melemah setelah imbal hasil obligasi melonjak dan sentimen investor tertekan rencana stimulus fiskal besar yang masih dibahas pemerintah. | REUTERS


Pasar keuangan Jepang jatuh tajam pada Selasa (18/11) setelah imbal hasil obligasi melonjak dan indeks saham tergelincir, seiring meningkatnya kekhawatiran investor atas rencana stimulus fiskal besar pemerintahan Perdana Menteri Sanae Takaichi dan memanasnya hubungan Tokyo–Beijing. Penurunan ini menjadi salah satu sesi perdagangan paling bergejolak dalam beberapa bulan terakhir.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 40 tahun melonjak 8 basis poin menjadi 3,68%, tertinggi sejak instrumen itu diperkenalkan pada 2007. 

Yield tenor 30 tahun naik ke 3,26%, mendekati rekor tertinggi, sementara obligasi 20 tahun juga mencatat kenaikan imbal hasil sedikitnya 4 basis poin. Di pasar saham, indeks Nikkei 225 merosot 3,2%, penurunan harian terdalam sejak 9 April.

Kekhawatiran fiskal meningkat seiring menunggu finalisasi paket stimulus ekonomi yang dijadwalkan dibahas kabinet pada Jumat (21/11). Menteri Keuangan Satsuki Katayama menyebut rancangan paket tersebut “sedikit lebih besar” dari rencana awal, namun belum memberikan angka pasti. 

Bloomberg sebelumnya melaporkan nilai paket diperkirakan melampaui ¥13,9 triliun atau sekitar US$90 miliar, dengan analisis lain menyebut besaran stimulus dapat mencapai ¥17 triliun. Di internal partai penguasa, sekelompok legislator mendesak agar anggaran ditingkatkan hingga ¥25 triliun.

“Pembelian obligasi kemungkinan akan tetap lesu hingga paket ekonomi pemerintah diungkapkan,” ujar Naoya Fujiwara, kepala strategi pendapatan tetap di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities. Sejumlah analis juga memperkirakan minat lelang obligasi tenor 20 tahun pada Rabu akan lemah.

Tekanan pasar diperburuk oleh ketegangan dengan China setelah pernyataan Takaichi pada 7 November yang menyebut Jepang dapat mempertimbangkan pengerahan kekuatan militer jika Beijing menyerang Taiwan. 

Pemerintah China menanggapi dengan mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya agar tidak berkunjung ke Jepang. Industri pariwisata Jepang sebelumnya mencatat 7,5 juta wisatawan asal China pada sembilan bulan pertama tahun ini.

Saham teknologi menjadi sektor paling terpukul. SoftBank Group ambles 7,5% dalam perdagangan Selasa. 

“Ada ketidakpastian yang meningkat mengenai keuangan pemerintah, ditambah dengan kekhawatiran mengenai hubungan Jepang dengan China,” kata Tomo Kinoshita, analis pasar global Invesco Asset Management seperti dikutip dari Reuters.

Takaichi pada hari yang sama bertemu Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda. Pelaku pasar memantau pertemuan tersebut untuk mencari sinyal potensi kenaikan suku bunga. Data pricing pasar menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga pada Januari berada di kisaran 46%.

Ueda sebelumnya menyampaikan BOJ akan menentukan kebijakan moneter setelah menelaah data ekonomi terbaru, termasuk inflasi, upah, dan kondisi pasar keuangan.