Pertamina membukukan laba US$2,05 miliar hingga Q3 2025, didukung efisiensi biaya, pendapatan solid, dan pencairan kompensasi BBM dari pemerintah. | Humas Pertamina

PT Pertamina (Persero) mencatat laba positif US$2,05 miliar hingga kuartal III 2025. Capaian tersebut disampaikan Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam Earnings Call 3Q25 yang berlangsung pada Selasa, 25 November 2025, di depan lebih dari 100 investor global. 

Kinerja ini dibukukan saat perusahaan menghadapi tekanan pasar energi internasional, termasuk koreksi harga minyak mentah ke level US$58–63 per barel, melemahnya crack spread kilang, dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Hingga September 2025, Pertamina membukukan pendapatan US$53,38 miliar dengan EBITDA sebesar US$8,20 miliar. Berdasarkan paparan perusahaan, performa tersebut ditopang operasional yang tetap stabil di seluruh subholding serta penerapan program cost optimization yang berlangsung sepanjang tahun. Program efisiensi itu mencatatkan penghematan dan tambahan pendapatan sebesar US$624 juta.

Emma menyebut kinerja keuangan yang solid membantu menjaga struktur permodalan dan arus kas pada level sehat. Ia menjelaskan rasio kredit Pertamina tetap berada di kategori investment grade dengan outlook stabil dari Moody’s, S&P, dan Fitch. 

“Program cost optimization sepanjang tahun mencatatkan efisiensi dan tambahan pendapatan senilai US$624 juta,” ujarnya dalam keterangan kepada investor.

Pertamina juga mendapatkan dukungan dari pemerintah melalui penyelesaian kompensasi selisih harga BBM. Seluruh kompensasi tahun 2024 dilaporkan telah lunas hingga Juni 2025. Pembayaran kompensasi tahun berjalan pun mulai direalisasikan, termasuk pencairan kompensasi kuartal I 2025 pada Oktober. Emma mengapresiasi dukungan Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, serta Danantara yang turut mengawal proses tersebut.

Pemerintah menerbitkan PMK No. 73/2025 yang memungkinkan pembayaran kompensasi dilakukan setiap bulan sebesar 70% dengan opsi pembayaran dalam valuta asing. Skema baru ini dinilai memberi fleksibilitas likuiditas bagi perusahaan.

Di sisi lain, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono memaparkan perkembangan integrasi bisnis hilir yang mencakup Subholding Commercial & Trading, Refinery & Petrochemical, dan Integrated Marine Logistics. Integrasi tersebut disebut bertujuan memperkuat efisiensi dan daya saing. 

Pertamina juga tercatat berada di peringkat pertama kategori Integrated Oil & Gas Sub-industri versi Sustainalytics dengan skor 23,5.

Seluruh capaian tersebut menjadi sorotan dalam paparan kepada investor yang menyoroti ketahanan kinerja di tengah kondisi pasar energi global yang masih bergejolak.