![]() |
| KRI Bung Tomo-357. | kemlu.go.id |
Indonesia melanjutkan program modernisasi dua kapal perang kelas Bung Tomo, yaitu KRI Bung Tomo (357) dan KRI John Lie (358), setelah proses serupa lebih dulu dijalankan pada KRI Usman Harun (359). Program ini berlangsung pada 2025 dan kembali melibatkan Nevesbu dari Belanda sebagai integrator sistem platform.
Thales Netherlands ditunjuk sebagai integrator sistem tempur, sementara PT Len Industri mengambil peran integrator misi yang memadukan seluruh subsistem di atas kapal.
Menurut laporan Naval News, Nevesbu telah menyelesaikan survei awal terhadap KRI Bung Tomo dan memaparkan pendekatan teknis modernisasi kepada para pemangku kepentingan di Indonesia.
Proses tersebut dilakukan di Surabaya, mengikuti kerangka one solution for class agar seluruh kapal Bung Tomo-class memiliki konfigurasi teknis yang seragam. Pendekatan ini memudahkan pelatihan awak, pemeliharaan, hingga interoperabilitas di jajaran TNI AL.
Modernisasi pada dua kapal ini belum disertai detail resmi soal paket sensor, senjata, maupun sistem elektronik yang akan dipasang. Namun, gambaran awal dapat dilihat dari proyek KRI Usman Harun yang sedang dikerjakan di PT PAL Indonesia.
Dalam modernisasi itu, kapal diketahui mendapatkan radar baru, sistem manajemen tempur TACTICOS, solusi kendali tembakan STIR EO Mk2, sistem komunikasi modern, electronic support measures (ESM), serta sistem navigasi terintegrasi buatan OSI Maritime Systems. Peluncur rudal Sea Wolf juga disebut akan digantikan oleh sistem vertical launching VL MICA, meski TNI AL belum memberikan konfirmasi resmi.
Nevesbu menjelaskan bahwa integrasi sistem di kapal lama memerlukan rekayasa mendetail karena struktur asli tidak dirancang untuk menampung perangkat modern. Untuk KRI Usman Harun, perusahaan Belanda itu menggunakan pemindaian laser 3D guna membuat digital twin kapal.
Model digital tersebut membantu memetakan potensi benturan antarperangkat dan memastikan perangkat baru dapat dipasang tanpa mengganggu keseimbangan platform. Metode serupa diperkirakan diterapkan pada KRI Bung Tomo dan KRI John Lie.
“Survei awal sudah kami selesaikan, dan kami telah mempresentasikan pendekatan peningkatan kepada otoritas Indonesia,” ujar perwakilan Nevesbu dalam keterangan yang dikutip Naval News. Ia menyebut keseragaman desain antar kapal menjadi prioritas agar semua unit dapat dioperasikan dengan standar yang sama.
PT Len Industri, yang kembali terlibat dalam proyek ini, disebut memperkuat kapasitas industri pertahanan dalam negeri melalui integrasi misi dan pemrosesan data sensor.
Perusahaan ini sebelumnya bekerja sama dengan Thales Netherlands pada modernisasi KRI Usman Harun sejak 2020, termasuk integrasi radar SMART-S Mk2 dan sistem ESM Vigile Mk2.
Di sisi lain, sumber industri menyebutkan bahwa modernisasi kelas Bung Tomo merupakan program mid-life upgrade yang bertujuan memperpanjang umur operasional kapal sekaligus meningkatkan kemampuan tempur dan situasional.
Tiga kapal kelas ini antara lain Bung Tomo, John Lie, dan Usman Harun yang awalnya dibangun oleh BAE Systems Marine di Inggris sebelum diakuisisi Indonesia pada awal 2010-an.
Sampai saat ini, PT PAL masih menyelesaikan tahapan akhir modernisasi KRI Usman Harun. Proses untuk Bung Tomo dan John Lie mengikuti alur yang sama, dimulai dari survei struktur hingga integrasi perangkat tempur.
Seorang pejabat pertahanan yang mengetahui proyek ini mengatakan bahwa paket peningkatan di dua kapal tambahan kemungkinan besar setara dengan yang diterapkan pada KRI Usman Harun. “Standarisasi penting untuk efisiensi logistik dan kesiapan operasi. Itu sebabnya pendekatan kelas menjadi acuan,” ujarnya singkat.
Dengan modernisasi ini, kapal-kapal Bung Tomo-class diproyeksikan memiliki kemampuan deteksi dan respons yang lebih baik untuk operasi di wilayah strategis seperti Laut Natuna, Selat Malaka, dan kawasan timur Indonesia. Pihak terkait menyebut proses teknis masih berlangsung dan pengumuman resmi akan disampaikan setelah seluruh pengujian selesai.

0Komentar