![]() |
| Kereta wisata Sagano Torokko melintas di kawasan Saga–Arashiyama, Kyoto. | VCG |
Gelombang pembatalan massal kunjungan wisatawan China ke Jepang memicu tekanan baru bagi perekonomian Negeri Sakura setelah pemerintah Beijing mengeluarkan peringatan perjalanan pada 14 November 2025.
Kebijakan itu muncul menyusul pernyataan Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi soal kemungkinan respons militer jika China menyerang Taiwan. Situasi tersebut berdampak pada sektor pariwisata Jepang yang sebelumnya menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi.
East Japan International Travel Service, salah satu operator tur berbasis di Tokyo, melaporkan kehilangan sekitar 80% pemesanan tur dari wisatawan China hanya dalam beberapa hari setelah peringatan diberlakukan, dikutip dari Reuters dan sejumlah laporan media Jepang.
Lebih dari 10 maskapai China juga menawarkan pengembalian dana penuh untuk penerbangan menuju Jepang hingga 31 Desember, dengan estimasi sekitar 500.000 tiket dibatalkan.
China merupakan pasar wisatawan terbesar bagi Jepang pada 2025 dengan sekitar 5,7 juta kunjungan atau hampir 23% dari total turis internasional. Berdasarkan data pemerintah, sektor pariwisata berkontribusi sekitar 7% terhadap PDB Jepang.
Nomura Research Institute memperkirakan boikot wisata ini dapat mengurangi pendapatan Jepang hingga 2,2 triliun yen per tahun. Moody’s Analytics menyebutkan jika kunjungan wisatawan China turun setengahnya, pertumbuhan ekonomi Jepang berpotensi terpangkas 0,2 poin persentase.
“Ini kerugian yang sangat besar bagi kami,” ujar Yu Jinxin, Wakil Presiden East Japan International Travel Service, dalam wawancara dengan media lokal.
Tekanan pasar langsung terlihat di Bursa Tokyo pada awal pekan. Saham sejumlah perusahaan yang bergantung pada turis China melemah.
Shiseido turun hingga 11%, Isetan Mitsukoshi merosot 10,7%, dan Japan Airlines tertekan 3,9%. Operator Tokyo Disneyland, Oriental Land, melemah 5,1%, sementara Fast Retailing, induk Uniqlo turun 6,9%, menurut laporan IG International dan media ekonomi China.
Pemerintah China pada 19 November kembali memperketat pembatasan dengan menghentikan impor seluruh produk makanan laut dari Jepang serta menunda penayangan film berlabel Jepang yang rencananya dirilis dalam waktu dekat. Kebijakan ini melanjutkan pembatasan yang sempat dilonggarkan pada awal tahun.
Ketegangan meningkat setelah pernyataan Takaichi pada 7 November yang menyebut serangan China terhadap Taiwan dapat mengancam keamanan nasional Jepang. Kontroversi makin meluas setelah Konsul Jenderal China di Osaka, Xue Jian, menulis pernyataan bernada ancaman terhadap Takaichi melalui media sosial sebelum unggahan itu dihapus.
Sementara itu, data pemerintah menunjukkan ekonomi Jepang terkontraksi 1,8% secara tahunan pada kuartal III 2025, dipicu pelemahan investasi dan tarif perdagangan dari Amerika Serikat.
Beijing meminta Tokyo mencabut pernyataan Takaichi, sementara pemerintah Jepang menegaskan pernyataan tersebut sejalan dengan kebijakan keamanan nasional yang berlaku.

0Komentar