![]() |
| Kapal MT (Motor Tanker) Gamsunoro, sebuah kapal tanker pengangkut minyak mentah milik PT Pertamina International Shipping (PIS). | Pertamina |
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa 30,39% kebutuhan minyak mentah untuk pengolahan kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 2025 masih dipenuhi melalui impor. Data itu diungkapkan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI yang berlangsung di Jakarta, Senin (24/11/2025).
Kebutuhan pasokan minyak mentah nasional tahun depan diperkirakan mencapai 940.000 barel per hari (bph), meningkat dari kebutuhan 2024 yang berada di level 890.000 bph.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad menjelaskan porsi impor minyak mentah memang menurun dibanding 2024 yang mencapai 34,78%, namun ketergantungan terhadap pasokan luar negeri masih cukup tinggi mengingat kapasitas kilang belum mampu menutup kebutuhan domestik.
Dalam paparannya, Arifin menyebut sebagian besar minyak mentah impor RI berasal dari Arab Saudi, Angola, Nigeria, dan Australia. Mulai Desember 2025, pemerintah juga berencana menambah pasokan dari Amerika Serikat sebagai bagian dari negosiasi tarif resiprokal.
Di sisi lain, impor BBM jadi tercatat melonjak. Berdasarkan data hingga September 2025, porsi BBM impor mencapai 49,53% dari total kebutuhan nasional, naik signifikan dari 38,79% pada 2024. Kebutuhan BBM harian hingga periode tersebut mencapai 232.417 kiloliter (kl) per hari, sedikit lebih tinggi dari realisasi 2024 sebanyak 226.510 kl per hari.
Untuk bensin, impor menempati 49,64% dari total kebutuhan 105.432 kl per hari. Pada produk solar, porsi impor berada di angka 15,80% dari kebutuhan 72.308 kl per hari, sementara impor avtur masih mencapai 33,19%. Data tersebut disampaikan ESDM merujuk laporan harian kebutuhan energi nasional yang sebelumnya dipublikasikan melalui kanal resmi Kementerian.
Saat ini kapasitas pengolahan kilang nasional berada di level 1,18 juta bph dari sembilan kilang eksisting. Kilang RU IV Cilacap masih menjadi yang terbesar dengan 348.000 bph, disusul RU V Balikpapan 260.000 bph, RU II Dumai 170.000 bph, RU VI Balongan 150.000 bph, dan RU III Plaju 126.200 bph.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan telah memasuki fase operasi awal sejak 10 November 2025.
Ia menjelaskan kilang tersebut akan diresmikan pada 17 Desember 2025 dan diproyeksikan mampu memasok 22–25% kebutuhan BBM nasional. Dengan kapasitas 360.000 bph, RDMP Balikpapan nantinya menjadi kilang terbesar di Indonesia.
“Dengan beroperasinya unit baru ini, kita berharap pasokan domestik semakin kuat. Targetnya, Indonesia bisa mencapai swasembada solar dan avtur pada 2026,” ujar Bahlil dalam keterangan resminya yang dikutip dari CNBC Indonesia.
Menurut ESDM, peningkatan kapasitas RDMP Balikpapan diharapkan membantu mengurangi defisit pasokan dan menekan impor, terutama di segmen BBM yang selama ini menjadi penyumbang terbesar ketergantungan energi luar negeri.

0Komentar