Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada Oktober 2025 sebesar US$63,62 per barel, turun dari September yang berada di level US$66,81 per barel.
Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No. 351.K/MG.01/MEM.M/2025 yang diterbitkan pada 10 November 2025. Penurunan ICP terjadi seiring melemahnya harga minyak global akibat meningkatnya suplai dan meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Produksi minyak negara-negara OPEC+ tercatat naik setelah blok produsen sepakat menambah suplai sebesar 137 ribu barel per hari untuk November 2025. Di saat yang sama, pasar mencermati gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada awal Oktober yang mengurangi premi risiko konflik terhadap pasokan minyak dari kawasan tersebut.
Dalam keterangan resminya, Direktur Jenderal Migas Laode Sulaeman menjelaskan bahwa kombinasi suplai yang lebih longgar dan stabilisasi situasi di Timur Tengah menjadi tekanan utama harga.
“Penurunan ketegangan geopolitik Timur Tengah dengan tercapainya gencatan senjata antara Israel dengan Hamas telah menurunkan kekhawatiran pasar pada kelancaran pasokan minyak,” ujar Laode.
Data OPEC menunjukkan produksi minyak mentah Declaration of Cooperation (DoC) pada September 2025 meningkat sebesar 630 ribu barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya, dengan rata-rata produksi mencapai 43,05 juta barel per hari.
Sementara itu, International Energy Agency (IEA) melaporkan bahwa pengolahan minyak global turun ke titik terendah musiman, yakni 81,6 juta barel per hari pada Oktober 2025 akibat pemeliharaan kilang di belahan bumi utara.
Tekanan tambahan datang dari menguatnya dolar AS sepanjang Oktober. Indeks dolar tercatat naik 1,55 persen dan menekan harga komoditas berbasis dolar. Di kawasan Asia Pasifik, Arab Saudi memangkas harga penjualan resmi atau official selling price (OSP) sebesar US$1,40 per barel untuk pembeli Asia karena permintaan yang melemah dan penurunan margin kilang.
Perlambatan ekonomi China turut memperburuk sentimen. Pertumbuhan ekonomi negara tersebut melambat menjadi 4,8 persen pada kuartal III 2025, dari sebelumnya 5,2 persen pada kuartal II, dipengaruhi krisis properti dan ketegangan dagang dengan Amerika Serikat.
“Penurunan tersebut diakibatkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok yang turut menekan pertumbuhan ekonomi regional,” kata Laode.
Sejalan dengan ICP, harga minyak global juga bergerak melemah. Dated Brent turun menjadi US$64,75 per barel, WTI berada di level US$60,07 per barel, dan OPEC Basket merosot ke US$65,14 per barel pada Oktober 2025.

0Komentar