![]() |
| PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) akan menerbitkan 315,6 miliar saham baru seri D senilai Rp23,67 triliun melalui skema private placement. (APLUSWIRE/Larissa Meidiana) |
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) akan menerbitkan 315,61 miliar saham baru seri D dengan nilai nominal Rp75 per saham. Aksi korporasi ini dilakukan melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan total nilai Rp23,67 triliun.
Manajemen Garuda menyebut langkah tersebut merupakan bagian dari program penyehatan keuangan dan restrukturisasi struktur permodalan perusahaan.
“Tujuan dilakukannya PMTHMETD antara lain untuk perbaikan nilai ekuitas perseroan secara konsolidasi, perbaikan likuiditas, dan penguatan modal,” ujar manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi, Sabtu (8/11/2025).
Dari total dana yang dihimpun, sebesar Rp17,02 triliun berasal dari setoran modal tunai dan Rp6,65 triliun dari konversi pinjaman pemegang saham (shareholder loan/SHL).
Pihak yang akan mengambil seluruh saham baru ini adalah PT Danantara Asset Management (DAM), investor terafiliasi yang juga menjadi pemegang saham mayoritas Garuda.
Sekitar 37 persen dari total dana akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan operasional Garuda Indonesia, termasuk perawatan pesawat. Sementara 63 persen dialokasikan untuk entitas anak, PT Citilink Indonesia, melalui peningkatan modal dan pembayaran kewajiban kepada Pertamina senilai US$225 juta.
Pelaksanaan aksi korporasi ini masih menunggu persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 12 November 2025.
Di pasar saham, aksi penerbitan saham baru ini diperkirakan akan menimbulkan dilusi signifikan bagi pemegang saham publik. Berdasarkan perhitungan sejumlah analis, porsi kepemilikan publik berpotensi turun menjadi sekitar 5 persen setelah penerbitan saham seri D.
Meski demikian, manajemen menegaskan langkah ini perlu dilakukan untuk menjaga keberlangsungan usaha di tengah tekanan keuangan yang masih tinggi.
Hingga kuartal III/2025, Garuda tercatat membukukan rugi bersih sebesar US$182,53 juta atau sekitar Rp3,03 triliun, naik 39,1 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Saham GIAA sendiri menunjukkan volatilitas tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Setelah sempat bergerak di kisaran Rp80–Rp100 per saham, analis menilai aksi korporasi ini berpotensi menekan harga dalam jangka pendek akibat ekspektasi dilusi, namun dinilai positif untuk memperkuat kas dan menstabilkan operasi jangka panjang.

0Komentar