![]() |
| Ekspor udang Indonesia kembali naik 17,5 persen pada Januari–September 2025 setelah dinyatakan bebas Cesium-137. (KKP) |
Ekspor udang Indonesia kembali mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 17,5 persen pada periode Januari–September 2025, meski industri sempat terguncang akibat temuan kontaminasi Cesium-137 di salah satu fasilitas pengolahan.
Setelah mendapat sertifikasi bebas radioaktif dari U.S. Food and Drug Administration (FDA), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan pengiriman lebih dari 200 kontainer udang ke Amerika Serikat pada November ini.
Kepala Badan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Ishartini menyebut ekspor perdana pascakrisis telah dilakukan pada 31 Oktober 2025 melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
“Udang Indonesia masih bisa memenuhi pasar Amerika Serikat. Target kami bulan ini bisa lebih dari 200 kontainer yang diekspor,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Menurut data KKP, ekspor perdana pascakrisis itu mencakup tujuh kontainer dengan volume 106 ton senilai US$1,22 juta atau sekitar Rp20,14 miliar, yang dikirim secara bertahap ke pelabuhan New York, Los Angeles, Miami, dan Jacksonville.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, Amerika Serikat tetap menjadi pasar utama dengan pangsa 63,1 persen dari total ekspor udang Indonesia senilai US$881,27 juta, naik 16,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kasus Cesium-137 sebelumnya ditemukan di zona industri Cikande, Serang, Banten, dan disebut sebagai kontaminasi lokal spesifik (site-specific contamination) yang tidak terkait langsung dengan tambak budidaya.
Nilai temuan mencapai sekitar 68 becquerel per kilogram (Bq/kg), jauh di bawah ambang batas intervensi FDA sebesar 1.200 Bq/kg. Meski demikian, kejadian itu sempat memicu penurunan harga udang di tingkat petambak hingga 40 persen serta menimbulkan kekhawatiran di pasar ekspor.
Direktur Ikan Air Payau KKP Fernando Jongguran Simanjuntak mengatakan harga udang kini mulai pulih dan kepercayaan pasar berangsur membaik setelah ekspor kembali dibuka.
“Kondisi psikologis petambak mulai membaik, terutama setelah ada kepastian bahwa produk Indonesia aman dan bisa diterima lagi di pasar utama,” ujarnya dikutip dari CNN Indonesia.
Untuk memperkuat sistem pengawasan mutu, KKP tengah membangun empat laboratorium deteksi radioaktif di Cilangkap (Jakarta), Surabaya, Makassar, dan Medan yang ditargetkan beroperasi pada akhir 2025.
Ishartini menjelaskan, pembangunan fisik telah selesai dan kini menunggu pemasangan peralatan uji. “Anggaran sudah tersedia, bangunan sudah ada, tinggal alat-alatnya saja,” katanya kepada Kumparan.
Selain memulihkan akses ke pasar AS, KKP juga mempercepat upaya diversifikasi tujuan ekspor. Direktur Pemberdayaan Usaha PDSPKP Catur Sarwanto melaporkan ekspor udang ke Eropa melonjak 57 persen, sementara pasar Tiongkok dan ASEAN tumbuh masing-masing 20 persen.
“Kita sudah melakukan business matching dengan mitra internasional, dan hasilnya cukup positif,” ucapnya.
KKP menargetkan nilai ekspor udang Indonesia mencapai US$1,5 miliar pada 2026, naik dari proyeksi US$1,4 miliar tahun ini. Pemerintah optimistis dengan penguatan laboratorium uji, pengawasan rantai pasok, dan diversifikasi pasar, industri udang nasional akan lebih tangguh menghadapi tantangan global di masa mendatang.

0Komentar