Kapal selam kelas ULA Norwegia, KNM Utstein (302), berpartisipasi dalam latihan NATO Odin-One di Laut Utara pada 27 Agustus 2003. (Foto: U.S. Navy)

Pasukan Amerika Serikat bergabung dengan sekutu NATO dalam latihan militer di perairan Swedia pekan ini. Latihan tersebut berfokus pada perburuan kapal selam dan pencegahan operasi sabotase di Laut Baltik, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dugaan perang hibrida Rusia di Eropa.

Komandan flotila kapal selam Swedia, Paula Wallenburg, mengatakan kepada CBS News bahwa kawasan Baltik “tidak dalam damai, tetapi tidak dalam perang.” 

Ia menilai situasi itu mencerminkan ketegangan serupa dengan masa Perang Dingin, ketika kekuatan besar saling menguji tanpa memicu konflik terbuka.

Latihan tersebut melibatkan pesawat mata-mata AS, kapal perang siluman Swedia HMS Helsingborg, dan kapal selam Jerman yang berperan sebagai musuh dalam simulasi spionase. 

Juru bicara markas maritim NATO, Komandan Arlo Abrahamson, menyebut ancaman di kawasan Baltik “terhubung secara global,” dan menegaskan potensi dampaknya terhadap keamanan Amerika Serikat.

Gangguan drone di Eropa

Latihan di Baltik berlangsung saat sejumlah bandara di Eropa utara terganggu akibat penampakan drone misterius. Dalam beberapa pekan terakhir, aktivitas udara tanpa izin itu memaksa penutupan sementara bandara di Belgia, Swedia, Denmark, dan Jerman.

Inggris mengirimkan peralatan anti-drone dan pasukan khusus Angkatan Udara Kerajaan ke Belgia pada Minggu (9/11), setelah bandara Brussels dan pusat kargo Liege ditutup karena aktivitas drone di sekitar instalasi militer, menurut laporan Reuters dan BBC.

Kepala staf Angkatan Udara Inggris, Air Chief Marshal Richard Knighton, mengatakan sumber drone tersebut belum dapat dikonfirmasi, namun menilai pola serangan itu konsisten dengan taktik perang hibrida Rusia. 

Menteri Pertahanan Belgia, Theo Francken, menyebut beberapa insiden itu sebagai “operasi mata-mata” dengan kemampuan yang melampaui pelaku amatir.

Sejak September, lebih dari 20 drone Rusia dilaporkan melanggar wilayah udara Polandia, sementara tiga jet tempur MiG-31 Rusia terbang memasuki wilayah Estonia selama 12 menit. Menteri Luar Negeri Lituania, Kestutis Budrys, menyebut insiden tersebut sebagai “provokasi terkalkulasi untuk menguji keteguhan NATO,” seperti dikutip dari The Independent.

Infrastruktur bawah laut jadi target

NATO juga menyoroti ancaman terhadap infrastruktur bawah laut di kawasan Baltik, termasuk kabel data dan pipa gas. Antara Oktober 2023 dan Desember 2024, sembilan insiden pemutusan kabel bawah laut tercatat di wilayah tersebut, menurut laporan SIPRI dan The Moscow Times.

Sebagai tanggapan, NATO meluncurkan Operasi Baltic Sentry pada Januari 2025 untuk memantau potensi sabotase. Komandan Abrahamson mengatakan sejauh ini belum ada “kerusakan berbahaya” yang terdeteksi sejak operasi berjalan.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada September lalu menuding NATO dan Uni Eropa telah menyatakan perang terhadap Rusia karena dukungan mereka kepada Ukraina. Kremlin membantah keterlibatan dalam insiden pelanggaran udara maupun sabotase di Baltik.

Swedia, Finlandia, Polandia, dan Jerman kini meningkatkan belanja pertahanan menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Jerman baru saja menerima pesawat patroli maritim P-8A Poseidon pertamanya pekan lalu, sebagai bagian dari penguatan kemampuan berburu kapal selam di kawasan Baltik.