![]() |
| tiga anak Palestina yang berdiri di tengah puing-puing bangunan yang hancur di Jalur Gaza. | Amnesty |
Amnesty International menyebut Israel tetap melakukan tindakan yang dikategorikan sebagai genosida terhadap warga Palestina di Gaza, meski gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat telah berlaku lebih dari sebulan. Dalam laporan yang dirilis Kamis 27 November 2025, lembaga tersebut menyatakan sedikitnya 347 warga Palestina termasuk 136 anak tewas sejak jeda tempur dimulai pada 10 Oktober di wilayah yang masih dikuasai Israel.
Menurut data Kantor Media Pemerintah Gaza, pasukan Israel diduga melanggar gencatan senjata hampir 500 kali melalui penembakan, serangan udara, invasi darat, hingga penghancuran bangunan.
Amnesty menjelaskan Israel tetap menahan kendali atas 54–58 persen wilayah Gaza dan membatasi secara signifikan akses kemanusiaan. Hanya sekitar 200 truk bantuan yang diizinkan masuk setiap hari, jauh di bawah komitmen 600 truk sesuai kesepakatan gencatan senjata.
World Food Programme (WFP) melaporkan baru menjangkau sekitar 30 persen dari target 1,6 juta penerima bantuan, dengan pasokan yang hanya mencapai 75 persen dari jatah normal.
Di sisi lain, otoritas Israel menyatakan telah memenuhi kewajiban dan menyalahkan Hamas atas kekurangan pangan, termasuk mengutip angka lebih dari 16.600 truk bantuan yang diklaim telah masuk sejak gencatan senjata. Klaim ini dibantah sejumlah kelompok kemanusiaan yang menilai data tersebut dilebih-lebihkan.
Pembatasan juga terjadi pada pergerakan warga. Amnesty mencatat keberadaan yellow line—garis batas militer yang menghalangi warga Palestina kembali ke rumah dan lahan pertanian mereka. Setidaknya 93 orang tewas ditembak saat mencoba menyeberang.
Amnesty menilai Israel tidak mengambil langkah memperbaiki lahan pertanian yang rusak atau memulihkan akses perikanan, sehingga warga kehilangan sumber penghidupan.
Israel menolak seluruh tuduhan genosida. Kementerian Luar Negerinya menyebut laporan Amnesty “dibuat-buat” dan “antisemitisme”, sementara Departemen Luar Negeri AS menilai tuduhan tersebut tidak berdasar.
Dalam pernyataannya, Sekretaris Jenderal Amnesty, Agnès Callamard, mengatakan gencatan senjata telah menciptakan “ilusi berbahaya” bahwa kondisi di Gaza membaik. “Dunia tidak boleh tertipu. Genosida Israel belum berakhir,” ujarnya.
Amnesty juga mendesak negara-negara menghentikan ekspor senjata ke Israel. Namun pada 24 November, Jerman mengumumkan pencabutan embargo senjata parsial dan akan melanjutkan pengiriman perlengkapan militer. Amnesty menyebut keputusan itu “sembrono” dan “melanggar hukum internasional”.
Sementara itu, pejabat kesehatan Gaza melaporkan hampir 70.000 warga Palestina tewas sejak eskalasi konflik dimulai pada Oktober 2023.

0Komentar