![]() |
| Gambar pesawat yang terhubung ke garbarata di Bandar Udara Internasional Josep Tarradellas Barcelona–El Prat. | Unsplash/Marti Sierra |
Airbus mengumumkan penarikan darurat terhadap sekitar 6.000 pesawat A320 di seluruh dunia pada Jumat, 28 November 2025. Langkah ini diambil setelah ditemukan potensi kerusakan pada sistem komputer kendali penerbangan akibat radiasi matahari ekstrem.
Indonesia termasuk yang terdampak, dengan 38 unit A320 dari total 143 armada aktif yang harus menjalani pemeriksaan segera sesuai instruksi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.
Instruksi kelaikudaraan darurat ini berkaitan dengan Elevator Aileron Computer (ELAC), perangkat yang menghubungkan perintah pilot ke elevator di ekor pesawat untuk mengatur sikap terbang. Pemerintah meminta enam maskapai—Batik Air, Super Air Jet, Citilink Indonesia, Indonesia AirAsia, Pelita Air, dan Transnusa melakukan pengecekan kelayakan ELAC sebelum pesawat dioperasikan kembali.
Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) menerbitkan Emergency Airworthiness Directive yang berlaku efektif pada 30 November 2025 pukul 06.59 WIB. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Lukman F. Laisa menyebutkan bahwa kebijakan ini “dipastikan menimbulkan gangguan jadwal penerbangan mengingat tingginya penggunaan A320 di Indonesia maupun global,” dalam keterangan resminya.
Recall terbesar dalam sejarah 55 tahun Airbus ini dipicu insiden JetBlue penerbangan 1230 pada 30 Oktober 2025. Pesawat A320 yang terbang dari Cancun menuju Newark tiba-tiba kehilangan ketinggian sekitar 30 meter dalam tujuh detik tanpa perintah pilot. Pesawat dialihkan ke Tampa, Florida, dengan 15 penumpang mengalami cedera dan harus mendapat perawatan medis, sebagaimana diberitakan CNN dan CNBC.
Investigasi internal Airbus menemukan bahwa ledakan matahari (solar flare) dapat memicu korupsi data pada sistem ELAC. Dalam kondisi ekstrem, gangguan tersebut berpotensi menyebabkan gerakan elevator yang tidak terkendali hingga melampaui batas struktural pesawat.
Airbus memperkirakan proses perbaikan berlangsung 3 hingga 5 hari sejak pengumuman. Sekitar dua pertiga armada global dapat diperbaiki hanya dengan mengembalikan perangkat lunak ke versi sebelumnya dalam waktu 2–3 jam. Namun, lebih dari 1.000 pesawat membutuhkan penggantian perangkat keras yang memakan waktu lebih panjang, menurut laporan Reuters serta sejumlah media internasional.
Sejumlah maskapai besar turut terdampak. American Airlines mencatat 209 unit dari 480 armada A320 memerlukan tindakan. Scoot Singapura terdampak pada 21 dari 29 pesawat. Di Jepang, ANA membatalkan 65 penerbangan pada 29 November sehingga mempengaruhi sekitar 9.400 penumpang.
Kementerian Perhubungan mengimbau penumpang yang memiliki jadwal keberangkatan antara 30 November hingga 4 Desember 2025 untuk mengonfirmasi ulang status penerbangan ke maskapai masing-masing.

0Komentar