![]() |
| AI disebut mulai mendorong pertumbuhan ekonomi global, namun Deutsche Bank memperingatkan lonjakan utang dan valuasi berlebih di sektor teknologi. | REUTERS/Andrew Kelly |
Hampir tiga tahun setelah OpenAI meluncurkan ChatGPT, Deutsche Bank menyampaikan analisis bahwa kecerdasan buatan (AI) kini sudah memberikan dorongan nyata bagi pertumbuhan ekonomi global.
Laporan yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan teknologi tersebut memicu peningkatan belanja modal, lonjakan valuasi perusahaan teknologi, serta ekspektasi pasar terhadap pemenang dan pecundang dalam ekosistem digital.
Deutsche Bank menjelaskan AI telah meningkatkan pertumbuhan melalui investasi infrastruktur data dan percepatan otomatisasi lintas sektor. Laporan tersebut menilai tren ini muncul di tengah kekhawatiran mengenai keberlanjutan booming AI yang berkembang sejak 2023.
Dalam analisisnya, Deutsche Bank menyebut pandangan umum para ekonom menilai AI berpotensi meningkatkan produktivitas global sebesar 0,5–0,7 persen per tahun, seiring otomatisasi yang diperkirakan mencakup lebih dari seperempat jenis pekerjaan.
Belanja modal terkait infrastruktur AI, termasuk pusat data dan chip komputasi diproyeksikan tumbuh sekitar 20 persen per tahun hingga akhir dekade ini.
Pantheon Macroeconomics mencatat pengeluaran modal terkait AI sudah menyumbang 0,5 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB Amerika Serikat pada semester pertama 2025. Angka itu disebut mewakili sekitar sepertiga aktivitas ekonomi baru berbasis investasi digital.
Sejumlah perusahaan teknologi besar seperti Microsoft, Amazon, Meta, dan Alphabet dilaporkan berencana mengalokasikan belanja modal sekitar US$370 miliar pada 2025.
Deutsche Bank juga mencatat valuasi tinggi perusahaan berbasis AI berpotensi menciptakan wealth effect sekitar dua sen per dolar, serta memberikan tekanan deflasi ringan akibat efisiensi dan penurunan hambatan biaya operasional.
“AI telah memicu kehebohan dan bukan hanya karena menjanjikan peningkatan produktivitas di masa depan. Teknologi ini sudah meningkatkan pertumbuhan saat ini,” tulis tim analis Deutsche Bank dalam laporan tersebut.
Meski tren investasi meningkat, Deutsche Bank memperingatkan skenario koreksi tetap terbuka. Dalam analisisnya, bank menilai lonjakan investasi yang tidak menghasilkan peningkatan produktivitas riil dapat berujung pada penurunan valuasi dan pusat data yang tidak terpakai.
“Di sana, biaya implementasi dan kelemahan output membatasi peningkatan produktivitas, sementara gelembung investasi berisiko meledak atau meredup,” tulis analis Deutsche Bank.
Kekhawatiran serupa disampaikan beberapa analis pasar. NPR melaporkan perusahaan teknologi besar semakin bergantung pada pembiayaan berbasis utang untuk membangun pusat data dan skala komputasi.
Dalam satu tahun terakhir, perusahaan hyperscaler dikabarkan mengumpulkan utang sekitar US$121 miliar, lebih dari empat kali lipat rata-rata historis industri.
Goldman Sachs dalam laporan terpisah menyebut peningkatan utang ini dapat meningkatkan risiko makroekonomi apabila pertumbuhan berbasis AI tidak sesuai ekspektasi pasar.
Di sisi lain, sejumlah analis pasar menilai meskipun risiko koreksi terbuka, teknologi AI dipandang sebagai general purpose technology yang berdampak luas dan berpotensi menjadi fondasi inovasi lintas sektor dalam jangka panjang.
Deutsche Bank menilai meskipun kemampuan AI tidak berkembang lebih jauh dari kondisi saat ini, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami potensi, melakukan integrasi industri, serta menyesuaikan sistem pendidikan dan tenaga kerja agar mampu memaksimalkan manfaat teknologi tersebut.

0Komentar