![]() |
| Danantara umumkan restrukturisasi menyeluruh Krakatau Steel senilai Rp8,28 triliun untuk memperbaiki efisiensi dan kinerja perusahaan baja pelat merah yang lama merugi. (Dok. Krakatau Steel) |
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) resmi mengumumkan rencana restrukturisasi menyeluruh terhadap PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, perusahaan baja pelat merah yang selama bertahun-tahun belum pernah mencatatkan keuntungan.
Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara, Rohan Hafas, mengatakan langkah pembongkaran besar-besaran ini menjadi bagian dari upaya penyelamatan bisnis BUMN baja tersebut.
“Krakatau Steel akan segera finalisasi. Bongkar habis, enggak pernah untung, enggak pernah bagus, enggak pernah efisien,” ujar Rohan dalam temu media di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (31/10/2025).
Menurut Rohan, restrukturisasi ini termasuk dalam 22 program prioritas Danantara pada 2025. Lembaga investasi negara itu menyiapkan dana hingga USD 500 juta atau sekitar Rp8,28 triliun untuk memperkuat modal kerja serta mendukung restrukturisasi keuangan Krakatau Steel.
Danantara mengidentifikasi sederet persoalan mendasar di tubuh Krakatau Steel, mulai dari investasi yang keliru hingga proyek mangkrak. Salah satu sorotan utama adalah proyek blast furnace yang telah lama menjadi batu sandungan.
Proyek yang dimulai sejak 2008 itu awalnya bernilai USD 674 juta, namun membengkak menjadi USD 682 juta akibat keterlambatan dan efisiensi rendah. Meski begitu, Rohan menilai Krakatau Steel masih memiliki aset strategis yang tak dimiliki perusahaan lain di Indonesia.
“Itu pelabuhan paling dalam di Indonesia. Jadi kapal yang sangat besar bisa sandar. Itu enggak dimiliki bahkan di Indonesia tempat lain,” tuturnya, seperti dikutip dari kompas.com.
Namun karena tekanan finansial, perusahaan terpaksa menjual beberapa aset penting tersebut. “Untuk menutupi kehidupannya dipenggal-penggal, mulai dijualin pengolahan airnya dan seterusnya, hampir hilang pelabuhannya,” kata Rohan menambahkan.
Data keuangan menunjukkan kondisi Krakatau Steel memang belum membaik. Pada kuartal I-2025, perseroan mencatat rugi bersih sebesar USD 46,91 juta, meningkat 60,98% dibanding periode sama tahun sebelumnya. Kerugian makin membengkak di semester I-2025 menjadi USD 105 juta.
Namun ada sedikit angin segar di kuartal III-2025. Krakatau Steel berhasil membalik kerugian menjadi laba sebesar USD 22,17 juta atau sekitar Rp367,8 miliar. Kinerja positif itu didorong oleh keuntungan dari penyelesaian kewajiban restrukturisasi utang dengan potongan sebesar USD 156,7 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel, Akbar Djohan, menyatakan langkah restrukturisasi ini menjadi momentum penting untuk menata ulang bisnis.
“Langkah-langkah yang kami ambil saat ini adalah fondasi yang sangat penting untuk membawa Krakatau Steel ke era baru yang lebih kuat dan berkelanjutan,” kata Akbar.
Langkah Danantara terhadap Krakatau Steel menjadi bagian dari program besar reformasi BUMN yang dicanangkan lembaga itu sejak awal tahun. Dalam enam bulan terakhir, Danantara mengklaim telah berhasil membenahi 43 perusahaan pelat merah dengan model bisnis dan struktur keuangan baru.
Restrukturisasi total Krakatau Steel diproyeksikan rampung pada 2026, seiring penataan ulang lini produksi, penghapusan aset tidak produktif, serta pembentukan entitas baru yang lebih efisien.

0Komentar