Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (kanan). (gov.br)

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva secara terbuka menyatakan dukungan bagi Malaysia untuk menjadi anggota penuh kelompok ekonomi BRICS dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur pada 29 Oktober 2025. Pernyataan itu disampaikan di sela-sela KTT ASEAN ke-47, yang tahun ini digelar di ibu kota Malaysia dan dihadiri para pemimpin kawasan serta mitra global.

“Malaysia akan mendapat dukungan dari Brasil untuk menjadi anggota penuh BRICS,” ujar Lula dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Ia menyebut Malaysia sebagai “mitra alami” yang memiliki kedekatan budaya dan visi ekonomi serupa dengan negara-negara anggota BRICS.

Langkah Lula ini menandai dukungan ketiga dari anggota pendiri BRICS terhadap aspirasi Malaysia, setelah sebelumnya Tiongkok dan Rusia lebih dulu memberi lampu hijau. Dengan dukungan kolektif itu, peluang Malaysia untuk resmi bergabung semakin terbuka lebar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, menyatakan Beijing menyambut baik langkah Malaysia untuk memperkuat kerja sama di bawah payung BRICS. 

“BRICS menghargai kesediaan aktif mitra Global South untuk bergabung dalam kerja sama, dan kami menyambut Malaysia serta lebih banyak mitra dengan tujuan yang sama,” katanya.

Dukungan serupa datang dari Wakil Perdana Menteri Rusia Alexey Overchuk yang menilai Malaysia memenuhi kriteria keanggotaan penuh. 

“Negara-negara anggota percaya kebijakan Malaysia sejalan dengan nilai inti BRICS,” ujarnya, dikutip dari TV BRICS.

Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengonfirmasi bahwa Malaysia telah resmi mengajukan aplikasi keanggotaan dan kini menunggu tanggapan resmi dari blok tersebut. Saat ini Malaysia berstatus sebagai partner country BRICS sejak 1 Januari 2025, bersama Belarus, Bolivia, Kazakhstan, Kuba, Thailand, Uganda, dan Uzbekistan.

Menurut Dr. Anthony Dass, penasihat ekonomi senior di KSI Research and Advisory Services, keanggotaan penuh BRICS bisa membuka peluang ekonomi besar bagi Malaysia. 

“Dengan terlibat lebih dalam di BRICS, Malaysia dapat memanfaatkan permintaan yang terus tumbuh dari negara-negara anggota dan menarik arus investasi baru,” ujarnya dikutip dari Bernama.

Ia menambahkan, sektor ekspor Malaysia seperti elektronik, minyak sawit, dan karet bisa memperoleh akses pasar yang lebih luas. 

“Namun, BRICS bukan solusi instan untuk semua tantangan perdagangan,” ujarnya mengingatkan bahwa Blok ini masih belum memiliki perjanjian dagang formal yang sepenuhnya menggantikan sistem keuangan Barat.

Data terbaru menunjukkan perdagangan antarnegara BRICS telah menembus 600 miliar dolar AS pada 2022. Dengan diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh pada Januari 2025, Malaysia berpeluang menjadi negara ASEAN kedua yang masuk ke dalam blok tersebut.

Jika resmi bergabung, Malaysia akan memiliki hak suara dan posisi strategis di forum ekonomi yang kini mewakili sekitar 41 persen dari total PDB global.