Bill Gates. (Wikimedia Commons)

Pendiri Microsoft, Bill Gates, menyatakan dunia tengah mengalami “gelembung” kecerdasan buatan (AI) yang menyerupai ledakan dot-com pada akhir 1990-an. Pernyataan ini disampaikan Gates pada Selasa (28/10) saat berbicara di acara Squawk Box CNBC, menyoroti potensi transformatif AI sekaligus risiko investasi yang berlebihan.

Gates menekankan, meski banyak perusahaan AI saat ini mungkin berakhir “jalan buntu”, teknologi ini berbeda dari spekulasi murni seperti mania tulip abad ke-17. 

“Bukan di situlah kita berada. Ini kemajuan teknologi nyata, bukan sekadar hype,” kata Gates. Ia menambahkan, “Beberapa perusahaan berhasil, tapi banyak yang hanya meniru, tertinggal, dan membakar modal.”

Peringatan Gates datang di tengah meningkatnya kekhawatiran sejumlah eksekutif teknologi. CEO OpenAI, Sam Altman, sebelumnya menyebut para investor terlalu bersemangat terhadap AI, membandingkannya dengan gelembung internet era dot-com. 

“Ketika gelembung terjadi, orang-orang pintar menjadi terlalu bersemangat terhadap sebutir kebenaran,” ujar Altman pada Agustus 2025 (CNBC).

Mark Zuckerberg, CEO Meta, juga mengakui risiko gelembung AI saat panggilan pendapatan terbaru, namun menegaskan perusahaan tetap akan menggelontorkan belanja modal besar. Meta berencana membelanjakan $70–72 miliar pada 2025, hampir dua kali lipat dibanding 2024 sebesar $37,3 miliar.

Secara keseluruhan, raksasa teknologi seperti Microsoft, Meta, Amazon, dan Alphabet tercatat menghabiskan sekitar $78 miliar untuk belanja modal kuartal terakhir, fokus pada pusat data dan perangkat AI (Yahoo Finance).

Ironisnya, Gates awalnya menentang investasi Microsoft sebesar $1 miliar di OpenAI pada 2019. Satya Nadella, CEO Microsoft, mengungkapkan Gates memperingatkannya: “Kamu akan membakar miliaran dolar ini.” Namun, investasi tersebut kini berkembang menjadi 27% saham senilai sekitar $135 miliar.

Gates kini menyebut AI sebagai hal teknis terbesar yang pernah terjadi dalam hidupnya, menyoroti potensi revolusi di bidang kesehatan, pendidikan, dan komunikasi. Meski demikian, ia memperingatkan risiko investasi berlebihan. 

“Beberapa perusahaan akan diuntungkan, tapi yang lain akan membangun pusat data dengan listrik yang terlalu mahal seiring pasar terkonsolidasi,” ujarnya seperti dikutip dari businessinsider.