Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Marco Rubio melontarkan peringatan keras kepada Rusia dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (23/9). Rubio menegaskan bahwa kesabaran Presiden Donald Trump terhadap Moskwa tidak “tak terbatas” di tengah mandeknya upaya diplomasi untuk mengakhiri perang Ukraina.
Rubio menyampaikan bahwa Trump selama ini menahan diri dari menjatuhkan sanksi tambahan demi memberi ruang bagi jalur damai.
Namun, ia menekankan Washington siap memberlakukan “biaya ekonomi tambahan” jika tak ada perkembangan nyata.
“Perang ini harus diakhiri. Jika tidak, Amerika Serikat dan Presiden Donald J. Trump akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memberlakukan biaya atas agresi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Pernyataan Rubio datang di tengah meningkatnya serangan Rusia serta pelanggaran wilayah udara NATO. Dalam dua pekan terakhir, jet tempur MiG-31 Rusia dilaporkan memasuki wilayah udara Estonia selama 12 menit, sementara sekitar 20 drone Rusia menembus wilayah Polandia sebelum ditembak jatuh pesawat NATO.
Trump sendiri mendukung respons lebih tegas dari aliansi Barat. Menjawab pertanyaan wartawan di sela Majelis Umum PBB, ia menyatakan negara-negara NATO berhak menembak jatuh pesawat Rusia yang melanggar wilayah mereka.
“Ya, saya setuju,” kata Trump.
Sikap Trump terhadap perang Ukraina juga terlihat bergeser. Setelah bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Selasa, ia menulis di Truth Social bahwa Ukraina bisa “berjuang dan mengembalikan seluruh wilayahnya” dengan dukungan Eropa.
Padahal sebelumnya, Trump sempat mendorong kompromi dengan menyerahkan sebagian wilayah kepada Rusia.
Dalam unggahan lain, Trump menyebut Rusia sebagai “macan kertas” dan menyinggung kesulitan ekonomi negara itu.
“Rusia telah berperang tanpa tujuan selama tiga setengah tahun dalam perang yang seharusnya bisa dimenangkan oleh Kekuatan Militer Sungguhan dalam waktu kurang dari seminggu,” tulisnya.
Sebelumnya, Trump bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada Agustus di Alaska, namun pertemuan itu berakhir tanpa kesepakatan. Rubio menegaskan bahwa AS masih menjadi pihak yang bisa berbicara dengan Moskow maupun Kyiv.
Meski begitu, ia memperingatkan kemampuan Washington sebagai mediator bisa hilang jika sanksi baru diberlakukan.
“Begitu AS memberlakukan sanksi berat, peran mediasi akan berkurang,” kata Rubio, seraya memperingatkan perang bisa berlarut-larut dengan korban yang jauh lebih besar.
Sejumlah sekutu Eropa juga menekan Washington agar memperluas sanksi, terutama dengan menargetkan negara-negara yang masih membeli energi dari Rusia. Trump bahkan sempat mengancam tarif sekunder bagi negara yang tetap mengimpor minyak Rusia.

0Komentar