Regulator internet Tiongkok meluncurkan penindakan besar terhadap konten media sosial yang dianggap ‘pesimistis’ di tengah lonjakan pengangguran pemuda yang mencapai rekor tertinggi pada Agustus 2025. (Wikimedia Commons)

Regulator internet Tiongkok pada Senin (22/9/2025) mengumumkan kampanye nasional selama dua bulan untuk menindak konten media sosial yang dianggap “berbahaya”, mulai dari komentar ekonomi pesimistis hingga unggahan yang mempromosikan “pandangan hidup negatif”. 

Langkah ini diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran soal kekecewaan luas di kalangan anak muda akibat kesulitan ekonomi dan pengangguran tinggi.

Administrasi Ruang Siber Tiongkok (CAC) menyebut operasi tersebut menyasar unggahan yang menghasut “sentimen kekerasan atau permusuhan” serta konten populer di kalangan pemuda, seperti slogan “kerja keras itu sia-sia” atau “belajar itu tidak berguna”. 

“Inisiatif ini bertujuan menciptakan lingkungan daring yang lebih beradab dan rasional,” demikian pernyataan CAC dikutip China Daily.

Kampanye ini muncul setelah serangkaian sanksi terhadap platform besar yang dinilai gagal mengendalikan konten. Pada Sabtu (20/9), regulator menjatuhkan tindakan disipliner terhadap Weibo dan Kuaishou karena menampilkan gosip selebriti dan konten “tidak diinginkan”. 

Sebelumnya, pada 11 September, platform gaya hidup Xiaohongshu atau RedNote juga mendapat teguran serupa.

Langkah ini menjadi bagian dari program “Internet Bersih” yang diluncurkan sejak Juni 2025 untuk menekan rumor, misinformasi, serta konten hiburan berlebihan. 

Meski jenis sanksi tidak dirinci, otoritas menyebut mencakup peringatan resmi dan kewajiban melakukan perbaikan.

Kebijakan baru juga datang di tengah sorotan terhadap kondisi ekonomi. Data Caixin Global mencatat tingkat pengangguran pemuda di Tiongkok mencapai rekor 18,9% pada Agustus 2025, memengaruhi lebih dari 12 juta lulusan baru. 

Angka ini disebut sebagai yang tertinggi sejak Beijing mengubah metode perhitungan pada Desember 2023, menurut South China Morning Post.

Selain soal ekonomi, perhatian otoritas semakin tajam setelah kematian aktor Yu Menglong pada 11 September memicu teori konspirasi luas di dunia maya. 

Polisi Beijing menahan tiga perempuan karena menyebarkan informasi palsu terkait kasus itu. Peristiwa ini disebut menambah urgensi bagi pemerintah untuk memperketat pengawasan konten daring.

Sumber dari CAC menegaskan, langkah ini diarahkan pada konten yang mengeksploitasi isu sosial untuk “memaksakan asosiasi identitas, daerah, atau gender dengan informasi lain” serta rumor tentang ekonomi dan kebijakan publik.

Namun, analis media di Hong Kong yang dikutip Channel NewsAsia menilai penindakan tersebut juga menyasar tren populer di kalangan anak muda seperti gerakan “rebahan” (lying flat) dan “biarkan membusuk” (let it rot), yang dianggap bertolak belakang dengan budaya kerja keras.