Sektor perbankan Indonesia tetap menunjukkan ketahanan meski dilanda gejolak politik dan demonstrasi massal sejak akhir Agustus 2025. Aktivitas layanan perbankan, termasuk ATM, mobile banking, dan kantor cabang, berjalan normal dengan dukungan fundamental yang solid dan respons cepat dari otoritas keuangan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa dampak sosial-politik terhadap sektor perbankan masih terbatas.
"Tidak ada gangguan signifikan yang menghambat aktivitas perbankan," ujar Dian.
Kondisi ini didukung Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan yang mencapai 25,79% per Juni 2025, jauh di atas ketentuan minimum.
Bank Indonesia Jaga Nilai Tukar dan Likuiditas
Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas rupiah dan likuiditas perbankan.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, mengatakan bank sentral terus melakukan intervensi pasar melalui berbagai instrumen untuk memastikan nilai tukar bergerak sesuai fundamental ekonomi.
Langkah Antisipatif Bank Besar
Beberapa bank besar melakukan langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gangguan.
Darmawan Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, menyatakan beberapa cabang di area rawan sempat ditutup sementara, namun seluruh layanan tetap berjalan normal.
Sementara itu, BCA mengonfirmasi hampir seluruh cabangnya beroperasi normal, hanya menutup sebagian cabang untuk menjaga keamanan nasabah.
Fondasi Perbankan Lebih Kuat Dibanding Krisis 1998
Data OJK menunjukkan total kredit perbankan mencapai Rp8.059,79 triliun hingga Juni 2025, tumbuh 7,77% secara tahunan.
Likuiditas perbankan tetap terjaga dengan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 27,08% per Juli 2025.
BI menurunkan BI Rate menjadi 5,00% pada Agustus 2025 untuk memberi ruang ekspansi likuiditas, didukung inflasi terkendali di 2,37% dan nilai tukar rupiah stabil.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga menurunkan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) menjadi 3,75% untuk simpanan rupiah bank umum dan 6,25% untuk BPR, berlaku hingga 30 September 2025.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 2,69% awal September akibat demonstrasi, namun pasar keuangan menunjukkan pemulihan.
IHSG kembali menguat ke level 7.800-an pada perdagangan selanjutnya, mencerminkan keyakinan investor bahwa guncangan politik bersifat sementara dan fundamental ekonomi tetap solid.

0Komentar