Prancis bersiap menghadapi demo besar bertema 'One Piece' pada 18 September 2025. Aksi ini digerakkan serikat pekerja sebagai penolakan kebijakan penghematan anggaran yang mencakup pemotongan belanja publik dan pembekuan pensiun. (AFP/Gabriel Bouys)

Prancis akan diguncang aksi unjuk rasa besar pada Kamis, 18 September 2025, ketika serikat pekerja lintas sektor menyerukan mogok nasional di lebih dari 250 kota. Aksi ini diperkirakan melibatkan sekitar 800.000 orang, dengan pengamanan dari 80.000 aparat kepolisian. 

Gelombang protes muncul sebagai penolakan terhadap kebijakan penghematan anggaran yang digagas eks Perdana Menteri François Bayrou, mulai dari pemotongan belanja publik hingga pembekuan dana pensiun.

Kebijakan Bayrou, yang diumumkan Juli lalu, memicu resistensi luas. Paket efisiensi senilai €44–50 miliar meliputi pemangkasan miliaran euro anggaran kesehatan, rencana penghapusan dua hari libur nasional, dan pembekuan dana pensiun 2026. 

“Serikat buruh di Prancis berdemo untuk memprotes kebijakan ‘penghematan’ anggaran yang digagas eks Perdana Menteri François Bayrou,” tulis Anadolu Agency.

Awal September, Bayrou dilengserkan dan Presiden Emmanuel Macron menunjuk Sébastien Lecornu sebagai perdana menteri baru. Lecornu segera membatalkan rencana penghapusan hari libur, tetapi sebagian besar isi paket penghematan tetap berlaku. 

Dalam keterangannya yang dikutip ABC News, Lecornu menegaskan langkah pengetatan fiskal tidak bisa dihindari. “Kami tidak bisa menutup mata pada kondisi keuangan negara,” ujarnya.

Menurut data yang dilaporkan Euronews, defisit Prancis pada 2024 mencapai 5,8% dari PDB, hampir dua kali batas yang diizinkan Uni Eropa. Utang publik pun menyentuh 114% dari PDB, memaksa pemerintah menekan pengeluaran.

Namun serikat pekerja menilai kebijakan ini justru membebani masyarakat. Dalam aksi 10 September lalu, gerakan “Block Everything” berhasil mengerahkan 175.000 orang. 

Mereka memblokir jalan tol, menutup sekolah, dan mengganggu transportasi publik. Simbol bendera bajak laut “Jolly Roger” dari komik One Piece kerap dibawa sebagai lambang perlawanan dan solidaritas.

Dampak aksi 18 September diprediksi signifikan. Le Monde melaporkan sepertiga guru sekolah dasar berencana mogok, sementara di Paris jumlahnya bisa naik hingga 45% dan menyebabkan puluhan sekolah tutup. Di sektor transportasi, kereta cepat sebagian besar tetap beroperasi, tetapi layanan kereta regional dan antar-kota dipastikan terganggu.

Dalam unjuk rasa sebelumnya, sebagian massa juga menuntut Presiden Macron mundur. Meskipun kepemimpinan sudah berganti, banyak warga menganggap kebijakan Lecornu tidak jauh berbeda dengan Bayrou maupun Macron.