Pakistan resmi membuka peluang penyediaan payung nuklir untuk Arab Saudi setelah penandatanganan Perjanjian Pertahanan Strategis Bersama. Langkah ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan kawasan pasca serangan Israel ke Qatar.

Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Mohammad Asif mengonfirmasi pada Kamis malam (19/9) bahwa kemampuan nuklir negaranya akan terbuka bagi Arab Saudi jika dibutuhkan, menyusul penandatanganan perjanjian pertahanan bersama antara kedua negara.

Pengumuman ini muncul sehari setelah Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman meneken Perjanjian Pertahanan Strategis Bersama di Riyadh, Rabu (18/9). Pakta itu menyatakan bahwa setiap serangan terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap keduanya.

“Apa yang kami miliki, dan kemampuan yang kami miliki, akan tersedia untuk [Arab Saudi] sesuai dengan perjanjian ini,” kata Asif dalam wawancara dengan Geo TV. Ia menegaskan bahwa perjanjian ini bersifat defensif dan Pakistan tetap menjadi “kekuatan nuklir yang bertanggung jawab.”

Pakta ini diteken hanya seminggu lebih setelah serangan udara Israel di Doha, Qatar, pada 9 September. Serangan tersebut menargetkan pemimpin politik Hamas yang sedang melakukan negosiasi gencatan senjata. 

Menurut laporan The New York Times, delapan jet tempur F-15 dan empat F-35 Israel melancarkan rudal dari atas Laut Merah. Serangan ini menewaskan lima anggota Hamas dan seorang petugas keamanan Qatar.

Aksi militer itu menjadi serangan langsung pertama Israel ke wilayah anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC), sehingga mengejutkan banyak negara Arab. Beberapa pihak menilai serangan tersebut mengguncang kepercayaan pada jaminan keamanan Amerika Serikat di kawasan.

Hussein Ibish dari Arab Gulf States Institute, dikutip Los Angeles Times, menyebutkan: “Pesan yang tampak disampaikan kepada kawasan adalah, ‘Jika Anda berpikir hubungan erat dan dukungan militer besar dari Washington memberikan perlindungan… pikirkan kembali.’”

Pakistan selama ini memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir, hampir seimbang dengan India yang diperkirakan menyimpan 172, menurut Bulletin of Atomic Scientists. 

Program nuklir Islamabad dibangun terutama sebagai pencegah terhadap India, yang beberapa kali berkonflik dengan Pakistan, termasuk di wilayah Kashmir.

Bagi Arab Saudi, pakta ini memperkuat kerja sama militer yang sudah berlangsung selama puluhan tahun. Riyadh diketahui menjadi salah satu tujuan penempatan pasukan Pakistan, dengan 1.500–2.000 tentara saat ini bertugas untuk pelatihan dan keamanan di kerajaan tersebut.

Seorang pejabat senior Saudi, dikutip Reuters, menyebut perjanjian ini komprehensif dan akan memanfaatkan “semua cara militer yang dianggap perlu tergantung pada ancaman spesifik.”

Dengan demikian, pengumuman Asif menjadi pengakuan terbuka pertama mengenai potensi payung nuklir Pakistan untuk Arab Saudi dalam kerangka kerja sama pertahanan resmi kedua negara.